Jumat, 21 Oktober 2011

pasca panen taman hias


FISIOLOGI DAN KARAKTERISTIK SERTA PENANGANAN PASCAPANEN BUNGA POTONG DAN TANAMAN HIAS

Disusun Oleh :
Muhaimatul hidayah (0903035005)
Siti Julia Hafsyah (0903035013)
Sulistinawati (0903035015)
Randy Ramadhani (0903035016)
Golden Sinambela (0903035020)
Susianti (0903035077)


TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PERTANIAN
SAMARINDA
2011
FISIOLOGI DAN KARAKTERISTIK SERTA PENANGANAN PASCAPANEN BUNGA POTONG DAN TANAMAN HIAS
A.    Pendahuluan
Pengetahuan tentang fisiologi dan teknologi penanganan pascapanen tanaman hias dapat dikatakan relative lebih sedikit bila dibandingkan dengan tanaman buah maupun sayuran. Hal ini dikarenakan organ tanaman atau organ panenan yang kebanyakan berupa pucuk bunga dengan sekumpulan petal adalah merupakan sistim yang sangat berbeda dengan organ tanaman lainnya dalam hal proses-proses senesen. Waktu antara kematangan dengan senesen dan kematian sangatlah pendek bila dibandingkan organ lainnya seperti buah dan daun. Ada dua perbedaan mendasar dalam hal penanganan pascapanen dan fisiologi dari senesen pada tanaman hias bila dibandingkan dengan produk-produk pertanian lainnya. Perbedaan tersebut meliputi :
1.      Tanaman hias (bunga potong baik berdaun maupun sedikit berakar, dan hias daun potong) merupakan organ yang sangat komplek bila dibandingkan dengan biji, buah, dan kebanyakan sayuran. Biji dan buah merupakan sekumpulan beberapa unit morfologi termasuk sepal, petal, androcium, gymnocium, tangkai, dan kadangkala beberapa daun. Masing-masing unit memiliki morfologi dan fisiologi yang berbeda satu sama lainnya. Mereka semua saling berinteraksi dalam proses fisiologi keseluruhan atau keutuhan bunga potong tersebut.
2.      Kebanyakan buah dan sayuran dipanen setelah mencapai stadia perkembangan yang sempurna atau perkembangan penuh. Teknik penanganan pascapanen dari pada buah dan sayuran adalah secara langsung ditujukan untuk penundaan senesen dan mempertahankan produk tetap dalam keadaan segar.
Pada kebanyakan bunga atau tanaman hias potong terdapat dua stadia fisiologi yang berbeda. Stadia pertama, adalah pertumbuhan dan perkembangan kuncup bunga (flower bud) hingga stadia mekar penuh. Kedua, adalah kematangan, senesen, dan kemudian kelayuan. Jadi penanganan pascapanen mencakup hal-hal yang ditujukan untuk perangsangan pertumbuhan stadia pertama, dan penghambatan proses metabolisme pada stadia kedua.
B.     Perubahan kimia fisik selama pematangan
1. Perubahan struktur.
Gejala kehilangan berat segar jaringan bunga merupakan hal yang jelas pada stadia akhir senesen. Kehilangan air akan terjadi pada proses penuaan menunjukkan kehilangan integritas membran sehingga meningkatkan permeabilitas dan kebocoran.
Perubahan mikroskopik yang dapat dilihat pada senesen daun adalah perubahan pada kloroplas. Kloroplas akan kehilangan tepung (amilum) karena diubah menjadi gula. Jadi penundaan atau perlambatan proses senesen daun berhubungan dengan penurunan peptida hydrolase pada daun arau penundaan laju pembentukannya.
2. Perubahan biokimia.
Respirasi dan hidrolisis enzimatik pada komponen sel merupakan dua kejadian biokimia dan metabolisme yang terjadi selama senesen bunga, terutama organ petal. Peningkatan aktivitas enzim peroksidase sehubungan dengan peningkatan kadar peroksida yang terlibat dalam perangsangan senesen dan perangsangan pembentukan etilen. Selama periode senesen bunga, terjadi penurunan kandungan amilum atau tepung, polisakarida dinding sel, protein dan asam nukleat. Namun terjadi peningkatan aktivitas ribonuklease. Karena kejadian-kejadian ini, gejala yang dapat dilihat pada petal adalah perubahan warna dari merah menjadi biru.
3. Perubahan metabolisme.
Laju respirasi pada kebanyakan bunga potong biasanya memuncak pada saat mekar bunga, dan kemudian menurun selama proses pematangan dan senesen. Kemudian terdapat puncak kedua yang sangat singkat dan kemudian menurun kembali. Upaya penundaan senesen pada bunga biasanya ditujukan pada penundaan tercapainya puncak kedua respirasi tersebut. Dalam aplikasinya, penundaan tersebut dapat menggunakan larutan sukrose sebagai bahan larutan vas ataupun dengan cara penyemprotan ke seluruh bagian bunga potong. Ketidak-pekaan respirasi terhadap sianida akan meningkat pada beberapa bunga. Hal ini menunjukkan pembentukan radikal-radikal bebas dengan potensialoksidasi yang tinggi akan merangsang senesen. Hal ini juga menyebabkan organ akan sangat peka terhadap etilen.
4. Perubahan pigmen.
Proses hilangnya warna merupakan gejala umum kebanyakan senesen beberapa bunga potong. Dua komponen utama pigmen pada bunga seperti karotenoid dan anthosianin bertanggung jawab terhadap warna-warna bunga. Kandungan kedua pigmen tersebut akan berubah selama perkembangan dan pematangan organ-organ tanaman, termasuk pula bunga. Perubahan warna pada petal yang sedang mengalami senesen sangat dipengaruhi oleh perubahan pH vakuola. Proses perubahan warna petal bunga yang semulanya berwarna merah disebabkan penuaan dan peningkatan pH. Hal ini dikarenakan selama proses perubahan tersebut berlangsung, perusakan protein terjadi sehingga meningkatkan kandungan amonia bebas tidak dapat dihindari.

B.     Hama dan penyakit tanaman pasca panen
Berikut ini beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman hias beserta cara penangulangannya.
1. Kutu Putih (Mealy Bugs)
Kutu putih merupakan hama yang paling banyak ditemui menyerang tanaman hias. Kehadirannya cukup mudah dideteksi. Mereka bergerombol di batang, daun, ketiak daun, bawah daun sampai pucuk daun. Disebut kutu putih karena warnanya yang terlihat putih karena adanya semacam serbuk berwarna putih yang menyelimuti tubuhnya.
Kutu putih menghisap cairan daun, sehingga menyebabkan daun menjadi kisut. Kutu putih juga mengeluarkan semacam cairan “madu” yang lama kelamaan akan berubah menjadi jelaga berwarna hitam di permukaan daun. Selain mengakibatkan kerusakan pada tanaman, kutu putih juga bisa menularkan virus dari tanaman yang satu ke tanaman yang lain.
Beberapa hobiis sering kesulitan memberantas kutu putih. Hal ini diakibatkan adanya semacam lapisan lilin yang menyelimuti tubuh si kutu. Lapisan lilin ini melindungi tubuh kutu putih termasuk dari serangan insektisida. Cara sederhana yang sering dilakukan adalah dengan menyemprotkan larutan detergen cair dengan dosis satu sendok makan detergen cair dengan satu liter air. Setelah di semprot dengan cairan detergen, maka lapisan lilin pada kutu putih akan hilang, dan warna kutu berubah menjadi kekuningan. Ini menandakan bahwa “perisai” si kutu sudah hilang. Sekarang giliran insektisida beraksi menumpas si kutu. Insektisida yang umum digunakan seperti Decis, Curacron, Confidor, Rumba, dll dosis 2 ml/Liter. Penyemprotan insektisida bisa diulang seminggu kemudian, sampai serangan hilang. Satu hal yang perlu diingat, agar media tanam tidak terkontaminasi dengan larutan detergen yang bersifat alkalis, maka sebaiknya setelah treatmen ini, media tanam diganti dengan yang baru dan steril.
2. Root Mealy Bugs
Root Mealy Bugs berbentuk seperti kutu putih, tetapi hidup menempel pada akar tanaman. Tanaman yang terserang akan menjadi kurus, kerdil, daun menjadi kecil dan layu. Untuk mengetahui serangan hama ini, maka perlu mencabut tanaman dari media. Penanganan yang umum dilakukan adalah dengan menyemprotkan insektisida sistemik seperti Confidor, supracide dengan dosis seperti aturan yang tertera (umumnya 2 ml/Liter). Untuk menjamin bahwa serangan root mealy bugs bisa diberantas dengan tuntas, maka perlu melakukan penggantian media tanam.
3. Ulat
Dua macam ulat yang biasa menyerang tanaman hias adalah Spodoptera yang menyerang daun dan Noctuidae yang memakan batang. Serangan spodoptera ditandai dengan adanya daun yang robek/rusak. Sedangkan serangan Noctuidae lebih sulit dideteksi, karena mereka menggorok batang tanaman dari dalam, yang bisa berakibat fatal.
Pada tahap serangan ringan, penanggulangan dengan manual, yaitu membunuh ulat yang tampak. Tetapi apabila serangan sudah mulai serius, maka digunakan insektisida seperti Decis, Confidor, Curacron, dosis 2 ml/Liter.
4. Belalang
Gejala serangan belalang hampir mirip dengan serangan Spodoptera. Belalang mempunyai kemampuan untuk berpindah kedaun atau tanaman lain dengan cepat, sehingga serangannya dengan mudah bisa berpindah-pindah
Pada serangan ringan, penanggulangan bisa dilakukan dengan memungut dan membuang belalang yang tampak, tetapi pada serangan yang serius, maka pemakaian insektisida seperti Decis, Confidor, Curacron dll dengan dosis 2 ml/Liter tidak bisa dihindarkan.
5. Tungau (Thrips)
Tungau berbentuk seperti lintah dengan ukuran yang kecil dan melekat kuat dibalik daun serta pelepah tanaman. Thrips akan menghisap cairan tanaman sehingga akan membuat daun mengkerut, menguning, kisut dan bahkan akhirnya mati.
Pada serangan ringan, penanggulangan bisa dilakukan dengan mengerik kumpulan thrips dengan kuku atau alat lain.Tetapi pada serangan yang serius, maka digunakan insektisida seperti Decis, Confidor, Curacron dll dengan dosis 2 ml/Liter.
6. Keong Tanpa Cangkang
Hama ini berbentuk seperti siput yang berukuran kecil dan tidak mempunyai cangkang. Gejala serangan hampir mirip dengan serangan ulat atau belalang, tetapi dalam area yang lebih kecil karena pergerakan keong yang lambat. Keong tanpa cangkang aktif dimalam hari, makanya pengendalian mekanis bisa dilakukan dimalam hari. Sedangkan pengendalian secara kimia bisa dilakukan dengan aplikasi insektisida Mesurol dengan dosis 2 ml/Liter.
7. Aphid
Aphid adalah serangga kecil yang berbentuk seperti buah pear dengan warna hijau atau coklat. Aphid menghisap cairan tanaman, sehingga menyebabkan daun menjadi keriting, tanaman menjadi terhambat pertumbuhannya dan menjadi kerdil. Aphid juga mengeluarkan cairan seperti madu yang akan berubah menjadi jelaga hitam.
Pengendaliannya sama dengan hama yang lain yaitu menggunakan penyemprotan insektisida seperti Decis, Confidor, Curacron dll dengan dosis 2 ml/Liter.
8. Spider Mite
Seperti namanya hama ini adalah keluarga laba-laba yang berbentuk kecil. Spider Mite juga menghisap cairan pada tanaman. Serangan hama ini mengakibatkan daun berwarna kuning, kemudian muncul bercak-bercak pada bagian yang dihisap cairannya.
Serangan Spider mite secara besar bisa mengakibatkan daun habis dan tanaman mati. Spider mite lebih kebal terhadap insektisida. Untuk itu disarankan menggunakan akarisida seperti Kelthane sesuai dosis dikemasannya.
9. Fungus Gnats
Adalah serangga yang berbentuk seperti nyamuk berwarna hitam. Larvanya yang berbentuk seperti cacing hidup didalam media tanam dan sering makan akar halus tanaman. Fungus Gnat dewasa merusak seludang bunga, dengan gejala seranganmunculnya bintik-bintik hitam pada seludang bunga.
Pada fase masih menjadi larva, maka penanganannya dilakuakn dengan menaburkan Nematisida seperti Furadan G ke media tanam. Sedangkan pada fase dewasa, dilakukan penyemprotan insektisida seperti Decis, Confidor, Curacron dll dengan dosis 2 ml/Liter.
10. Cacing
Cacing yang sering menjadi hama adalah Cacing liang (Radhopolus Similis) yang menghisap cairan pada akar tanaman. Gejala tanaman yang terserang hama ini adalah tanaman menjadi lambat tumbuh dan kerdil serta menghasilkan bunga yang kecil. Untuk mengatasinya digunakan Nematisida seperti Furadan G yang ditaburkan pada media tanam sesuai aturan yang tertera dalam kemasan.
Demikianlah sepuluh hama yang sering dijumpai menyerang tanaman hias. Tindakan terbaik adalah melakukan pencegahan sebelum hama menyerang tanaman, yaitu dengan sering mengontrol tanaman dan perkembangannya. Penggunaan media tanam yang steril serta penggantian media tanam secara terjadwal, menjaga kebersihan lingkungan tempat tanaman diletakkan, serta menjauhkan tanaman yang sudah terindikasi mendapat serangan.
Apabila serangan hama sudah terjadi, untuk skala serangan awal, cara manual / mekanis lebih dianjurkan. Sedangkan apabila serangan sudah memasuki tahap serius, maka penggunaan insektisida, akarisida dan nematisida tidak terelakkan lagi. Dosis yang dianjurkan adalah seperti yang tertera pada kemasan, atau umumnya bisa menggunakan dosis 2 ml/Liter untuk yang berbentuk cair. Dan dosis 2 Gr/Liter untuk yang berbentuk powder. Sedangkan Nematisida seperti Furadan G yang berbetuk butiran disesuaikan dengan lebar dan volume pot/media tanam.
Aplikasi pestisida pada tanaman hias sebaiknya digunakan secara bijak, mengingat dampak negative yang bisa ditimbulkan. Karena umumnya tanaman hias diletakkan berdekatan dengan manusia, disamping juga pertimbangan akan adanya kemungkinan serangga menjadi semakin kebal dengan insektisida yang digunakan.
Sedangkan berikut ini adalah beberapa Penyakit pada tanaman hias :
1. Busuk Akar
Penyakit ini ditandai dengan daun yang menjadi pucat lalu busuk, batang yang berlubang dan layu, serta akarnya berwarna coklat kehitaman. Busuk akar disebabkan karena media yang terlalu lembap sehingga menyebabkan cendawan cepat berkembang. Tanggulangi busuk akar dengan mengganti media baru yang lebih porous, lalu potong bagian akar yang busuk dan oleskan fungisida pada bekas potongan. Bisa juga dengan menyemprotkan fingisida Previcur N dosis 1 ml/l dengan frekuensi 2 minggu sekali.
2. Layu Fusarium
Gejala serangan ditandai dengan tulang daun yang pucat berubah warna menjadi cokelat keabuan lalu tangkainya membusuk. Penyababnya adalah media yang selalu basah sehingga media tanam jadi ber-pH rendah. Kondisi tersebut membuat cendawan fusarium oxysporium leluasa berkembang. Penyakit ini dapat ditanggulangi dengan cara mengganti media tanam. Dapat juga dengan menyiramkan fungisida Derosol 500 SC dosis 1,5 ml/l setiap 2 minggu. Bisa juga diatasi dengan menyemprotkan fungsida Folicur 25 WP 1-2 g/l atau Folocur 250 EC 1-2 ml/l atau Delsane MX 200 dosis1 g/l. Penyakit ini dapat dicegah dengan menyiramkan Folicur 250 EC dengan konsentrasi 2 ml/l setiap 2 minggu sekali.
3. Layu Bakteri
Dari namanya tentu dapat diketahui bahwa penyakit tanaman disebabkan oleh bakteri. Layu bakteri ditandai dengan daun dan batang yang melunak serta bau yang tak sedap. Untuk mencegahnya, media tanam harus tetap dijaga agar tidak terlalu basah dan lingkungan sekitar tidak terlalui lembap. Atasi layu fusarium dengan menyemprotkan bakterisida Agrept dosis 1-2 ml/l atau Starner dosis 1 g/l setiap 2 minggu sekali.
4. Bercak Daun
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan. Sesuai namanya, penyakit ini ditandai dengan adanya bercak daun yang lama kelamaan akan membusuk. Bercak daun ini dapat diatasi dengan langsung memotong daun yang busuk. Dapat juga menyemprotkan fungisida folicur 25 WP dosis 1-2 g/l atau folicur 250 EC dosis 1-2 ml/l. Selain itu, dapat juga dengan menggunakan Score dosis 1 cc/l. Frekuensi penyemprotan 2 minggu sekali. Pupuk berkadar kalsium tinggi juga dapat membantu mengatasi penyakit ini.
C.    Indeks kematangan
1. Senesen dan Kematangan Pada Bunga Potong
Senesen merupakan salah satu tahapan perkembangan biologis. Proses ini merupakan salah satu seri perubahan menuju kematian suatu organisme. Menurut Sacher, senesen diartikan sebagai stadia akhir dari suatu organ yang tidak dapat balik dan mengawali proses perusakan sel-sel, dan akhirnya kematian organ tersebut. Sedangkan menurut Leopold, senesen adalah sebagai proses perusakan yang merupakan penyebab alami daripada kematian suatu organ.
Kematangan komoditi panenan yang dalam hal ini bunga potong merupakan faktor penting dalam kegiatan penanganan pascapanen. Dalam fisiologi pascapanen istilah matang sangat berbeda dengan istilah masak. Matang diartikan sebagai stadia pertumbuhan dan perkembangan yang lengkap atau stadia yang akan menjamin penyelenggaraan proses pemasakan. Para ahli teknologi pascapanen mendefinisikan matang sebagai stadia pada saat komoditi mencapai fase perkembangan yang cukup setelah panenan dan penanganan pascapanen dan kualitasnya masih dapat diterima oleh konsumen. Didasari atas pengertian tersebut, maka tingkat kematangan komoditi hortikultura sangat penting karena akan mempengaruhi kualitas jual komoditi bersangkutan. Namun demikian sangatlah sulit untuk menentukan tingkat kem,atangan pada suatu tanaman hias bunga potong. Hal ini dikarenakan kebanyakan pada bunga potong, stadia yang nampak secara mata telanjang (visual) merupakan hal yang menentukan kualitas bunga tersebut. Sebagai contoh, saat stadia kuncup pada kebanyakan jenis bunga merupakan saat panen yang baik karena pada saat itu merupakan kualitas yang baik juga diperoleh. Namun bila dilihat secara fisiologis, stadia kematangan pada saat tersebut belum tercapai. Jadi nampaknya dari kedua proses yang berbeda tersebut di atas, senesen merupakan hal penting bagi penanganan pascapanen bunga potong ataupun tanaman hias pot. Menghambat senesen merupakan tujuan utama dalam teknologi pascapanen bunga potong.
D.    Cara penanganan pasca panen
1. Penanganan pasca panen tanaman hias bunga potong
kualitas atau mutu bunga potong tergantung pada penampilan dan daya tahan kesegarannya. Bunga potong dengan mutu unggul (prima) tentu memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan dengan bunga potong bermutu rendah. Untuk mempertahankan mutu bunga potong tetap prima perlu memperhatikan beberapa perlakuan terutama saat bunga siap panen sampai pada pemanfaatnya oleh konsumen. Terdapat beberapa aspek dan tahapan proses dalam upaya perlakuan pascapanen tanaman hias sehingga komoditi tersebut masih dalam keadaan berkualitas baik sampai pada konsumen. Tahapan dan aspek-aspek tersebut meliputi,
a.      Aspek bercocok tanam (prapanen)
Dalam bercocok tanam tanaman hias yang ditujukan untuk pemanenan bagian-bagian hias yang dipotong (hias potong), tentunya harus memperhatikan aspek lingkungan yang sangat menentukan kualitas organ panenan tersebut. Cahaya dan suhu merupakan unsur iklim atau cuaca yang sangat berperan sebagai faktor tumbuh dalam menghasilkan bunga berkualitas baik. Perubahan suhu yang tidak tiba-tiba merupakan kondisi suhu yang menguntungkan, daripada suhu yang berubah secara drastis.
b.      Kematangan komoditi saat panen
Kematangan tanaman hias (organ bunga) merupakan suatu faktor penting, dan kematangan dapat diketahui dengan memperhatikan dan memperkirakan ukuran tanaman ataupun tingkat perkembangan (derajat membukanya kuncup bunga). Sebagai contoh, pada mawar, keadaan kuncup merupakan stadia yang baik dan pada stadia ini kebanyakan tanaman mawar tahan terhadap penyakit fisiologis. Sedangkan bila perkembangan lewat dari keadaan kuncup atau telah telah mekar sebagian, kualitas bunga yang diperoleh rendah dan umur vas sangat singkat. Pemanenan sebaiknya dilakukan sewaktu bunga mengandung banyak air, yaitu sekitar pukul 06.00 –08.00. Walaupun demikian panenan juga dapat dilakukan pada pukul 16.00 – 17.00. Pada saat tersebut, penyerapan air yang dilakukan oleh tanaman berlangsung lebih banyak daripada penguapannya. Jika pemanenan dilakukan pada siang hari, dikhawatirkan tanaman sudah mulai melakukan metabolisme aktif sehingga daya tahan bunga terhadap kelayuan menjadi rendah.
c.       Teknik Panenan
Panen tanaman hias (bunga potong) umumnya dilakukan secara manual. Penggunaan alat-alat mekanik sangat sedikit, hanya pada alat-alat pengangkutan dan alat pengikat (penyatu) satuan-satuan potongan (tangkai) bunga. Tujuan panenan adalah untuk mengumpulkan komoditi pada tingkat kematangan yang baik, dengan kerusakan dan kehilangan hasil yang rendah, secepat mungkin, dan biaya murah. Alasan ini yang membuat panenan secara manual lebih cenderung dipilih untuk tanaman hias terutama bunga potong. Keuntungan-keuntungan panenan secara manual meliputi,
a)      Pemanen dapat memilih tingkat kematangan yang tepat sehingga memungkinkan penentuan grade yang tepat, dan pemanenan dapat secara berulang,
b)      Pemanen dapat menangani komoditi dengan tingkat kerusakan yang rendah,
c)      Laju panenan dapat dengan mudah ditingkatkan dengan penambahan tenaga kerja, dan
d)     panenan secara manual bermodal kecil.
Masalah utama panenan secara manual terpusat pada tenaga kerja. Penyediaan tenaga kerja merupakan masalah bagi petani. Tenaga kerja dapat sangat mahal pada sat musim panen serentak. Meskipun demikian, kualitas merupakan aspek yang sangat penting demi suksesnya pemasaran bungan potong. Hal inilah yang menyebabkan sistim panen secara manual tetap sebagai pilihan utama.
d.      Grading
Pengelompokan komoditi ke dalam klas atau kelompok kualitas tertentu, merupakan tujuan pada tahapan grading ini. Kesulitan menentukan klas kualitas hingga kini belum ada patolan yang baku. Society of American Florist mencoba menentukan beberapa patokan kualitas bunga potong bagi anggota-anggotanya. Kualitas bunga didasari atas kuncup dan mekarnya bunga, kekuatan tangkai, kualitas daun, lurus dan panjangnya tangkai bunga. Didasari atas pengertian kualitas yang telah dibahas didepan, maka untuk menentukan kualitas suatu komoditi memerlukan kriteria tersendiri. Kriteria tersebut mencakup beberapa aspek, yaitu :
a)      Aspek kuantitatif, yang meliputi berat, panjang tangkai, jumlah daun, ukuran bunga, dan ukuran daun,
b)      Aspek kualitatif, yang meliputi bebas hama-penyakit, bebas kerusakan mekanik, dan kondisi bunga, dan
c)      Aspek yang tersembunyi dan menyangkut perasaan. Aspek ini biasanya dinilai dari penampilan (aspek keindahan), dan warna serta ukuran.

e.       Bunching (pengikatan)
Bunga-bunga biasanya dipasarkan dalam bentuk ikatan atau rangkaian 10 – 25 tangkai, walaupun beberapa konsumen dan jenis bunga dipasarkan dalam bentuk 1 tangkai atau kuntum bunga saja. Kebanyakan pengikatan rangkaian bunga dilakukan secara manual. Kemudian, ikatan tersebut biasanya dibungkus kertas atau plastik polyethylene.
f.       Packaging (pengepakan) dan penyimpanan
Bunga-bunga potong umumnya dipak dengan menggunakan kotak kertas panjang, dan pada bagian atasnya diberikan lapisan. Ukuran kotak pak biasanya 50 cm x 30 cm. Untuk beberapa jenis tanaman hias (bunga) yang besar seperti gladiol, sering menggunakan pak khusus dari bahan kayu kamfer yang dilapisi lilin. Ikatan beberapa potong bunga biasanya dipak secara individu (satu pak satu tangkai bunga potong). Untuk jenis-jenis yang kecil, pengepakan sering langsung terdiri dari beberapa ikatan dalam satu pak. Untuk pengepakan akhir, anatara sususan/lapisan bunga diberikan lapis pengaman berupa kertas koran ataupun plastik isolator. Bila pak yang digunakan cukup besar. Biasanya dibuatkan rak-rak dari kayu tipis. Hal ini bertujuan untuk melindungi bunga dari benturan-benturan fisik. Cara penyimpanan bunga potong tergantung pada jenis bunga. Cara-cara penyimpanan yang umum dilakukan untuk kebanyakan jenis bunga potong antara lain dengan merendam tangkai bunga ke dalam air, pemberian perlakuan kimia, ataupun dengan cara perlakuan pendinginan. Teknologi sederhana yaitu dengan cara merendam tangkai bunga ke dalam air yang bersih. Contoh ini banik bagi anyelir. Namun untuk anthurium dan gladiol akan menguntungkan bilamana tangkai bunga-bunga tersebut direndam dalam air yang hangat (30 – 35OC) selama dua menit sebelum dikemas. Untuk bunga potong krisan, sebaiknya direndam dalam larutan pengawet (Chrysal 5 gr/l). Selama perendaman, bunga-bunga tersebut disimpan pada ruang dingin dengan kelembaban udara cukup tinggi. Dengan perlakuan kimia, kuntum bunga anyelir dapat dipertahankan tetap dalam stadia kuncup selama dalam penyimpanan. Kuncup tersebut kemudian diperlakukan dengan sukrosa untuk tujuan memekarkan kembali.
g.      Pengaturan suhu pascapanen
Pada dasarnya pengaturan suhu untuk tanaman hias adalah perlakuan pendinginan (cooling). Teknik-teknik cooling yang biasa diterapkan pada tanaman hias ataupun bunga potong meliputi :
a)      Forced air-free cooling
Teknik pendinginan menggunakan tekanan udara. System ini bekerja karena adanya perbedaan tekanan yang menyebabkan udara mengalir melalui ventilasi kontainer. Dicapainya pendinginan yang cepat karena adanya kontak antara udara dingin dengan produk yang hangat.
b)      Room Cooling
Merupakan metode pendinginan yang luas pemakaiannya, yaitu dengan memasukkan tanaman hias atau bunga potong ke dalam ruangan penyimpanan. Ke dalam ruang simpan dialirkan udara dingin dan diatur agar bergerak secara horisontal mengenai tanaman hias atau bunga potong yang ada di dalam kontainer atau tempat penyimpanan.
c)      Vacuum Cooling
Melalui metode ini, pendinginan diperoleh dengan cara mengurangi tekanan atmosfir di dalam ruangan yang besar, kuat, dan terbuat dari baja. Penurunan tekanan atmosfir juga mengurangi tekanan uap air berkurang, maka produk akan berevaporasi. Untuk mengurangi kehilangan berat, selama periode pendinginan dilakukan penyemprotan air secara halus ke dalam ruangan.
d)     Package Icing
Cara ini merupakan cara pendinginan dengan memasukkan es ke dalam kontainer atau kotak pak penyimpanan. Jumlah es yang diberikan tergantung pada suhu awal produk. Es-es yang dimasukkan ke dalam wadah penyimpanan berupa bongkah-bongkah es, pecahan es, atupun air es yang disemprotkan ke permukaan produk sesaat setelah dimasukkan. Pekerjaan pendinginan metode ini dilakukan secara manual. Pendinginan atau pengaturan suhu rendah ditujukan untuk menunda senesen. Jadi memperpanjang umur komoditi dalam simpanan.
Perlakuan pendinginan biasanya dilakukan selama periode simpan atau pengumpulan sesaat setelah panen, dan selama perjalanan sehingga nantinya bila sampai pada pasar, komoditi masih dalam keadaan segar.
h.      Pengaturan air
Air yang cukup merupakan faktor yang sangat penting dalam penanganan pascapanen bunga potong ataupun tanaman hias lainnya. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengaturan air:
a)      Bucket (ember-wadah) Syndrome Tanpa pendinginan yang cukup, bunga potong tidak mungkin diipertahankan tetap segar. Dahulu untuk menyediakan air yang cukup atau mempertahankan kelembaban, ke dalam kontainer dimasukan ember-ember berisi air. Kini dengan adanya pengaturan secara modern penggunaan ember telah ditinggalkan. Dengan menggunakan ember-ember berisi air, kelembaban tidak dapat diatur, dan air yang berada di dalam kontainer terlalu banyak sehingga mengurangi ruang simpan.
b)      Kualitas air Air dapat mempengaruhi pH dan bahan-bahan terlarut dalam air vas sehingga mempengaruhi umur vas bunga potong tersebut. Airpun mempengaruhi kualitas bunga potong sejak tanaman masih di lapangan atau masih dalam periode pertumbuhan. Oleh karena itu ada upaya memperbaiki kualitas air. Secara sederhana penambahan asam yang cukup, dapat menurunkan pH hingga 3 – 3,5. Asam sitrat merupakan asam yang baik untuk mengatur pH air tanpa efek yang membahayakan bila penambahan asam tersebut berlebihan. Garam 8-hydroxyquinoline dan aluminium sulfat umumnya digunakan sebagai bahan aktif bakterisida pada bunga-bunga potong. Disamping itu, bahan-bahan tersebut dapat sebagai bahan penurun kemasaman larutan vas.
Untuk masa mendatang, kemungkinan digunakan penanganan kering pada bunga potong akan dilakukan. Pada sitim ini bunga-bunga tidak diletakkan dalam air. Keuntungan lain metode kering ini adalah memperpanjang umur simpan dalam vas, efisien dalam penggunaan alat pendingin dan ruang pendingin, dan mengurangi biaya pananganan pascapanen.
i.        Pemberian karbohidrat
Pemberian senyawa-senyawa karbohidrat pada bunga potong bertujuan memperpanjang umur vas. Bahan-bahan komersial sebagai sumber karbohidrat adalah Floralife, Oasis, Florever, dan Vivalafleur. Penambahan karbohidrat yang cukup pada beberapa bunga potong selama 24 jam dalam larutan sukrosa segera setelah panen dapat memperpanjang umur vas. Berikut beberapa bahan karbohidrat yang sering digunakan sebagai bahan memperpanjang umur vas bunga potong, a. 1,5 persen sukrose ditambahkan 320 ppm asam sitrat dapat digunakan sebagai larutan vas untuk mawar b. 1,5 persen sukrose ditambahkan 320 ppm asam sitrat dan 25 ppm silver nitrat dapat digunakan sebagai larutan vas gladiol dan anyelir c. 1,5 persen sukrose ditambahkan 250 ppm 8-hydroxy-quinoline sitrat dapat digunakan sebagai larutan vas kebanyakan jenis bunga d. 20 persen sukrose ditambahkan 250 ppm 8-hydroxy-quinoline sitrat digunakan sebagai larutan untuk merendam gladiol selama 24 jam e. 10 persen sukrose ditambahkan 200 ppm physan dapat digunakan sebagai larutan merangsang membukanya kuncup anyelir f. 2 persen sukrose ditambahkan 200 ppm physan dapat digunakan sebagai larutan perangsang membukanya kuncup krisan Dapat dikatakan bahwa penggunaan bahan aktif larutan vas bunga potong, tingkat konsentrasinya berbeda untuk masing-masing varietas ataupun jenis tanaman. Biasanya, konsentrasi di atas 1,5 persen dapat menyebabkan terbakarnya daun-daun bunga potong mawar, tetapi pengaruhnya sangat kecil pada anyelir.
Dari beberapa hasil penelitian, dilaporkan bahwa penambahan karbohidrat sebagai sumber gula pada larutan vas, ternyata merangsang kerja sitokinin endogen untuk menunda senesen bunga, dan menghambat etilen dalam merangsang kelayuan (senesen). Hal ini berkaitan dengan meningkatnya kekebalan jaringan atau organ terhadap etilen atau menunda pembentukan etilen alami. Hasil penelitian lainnya menjelaskan bahwa sukrose meningkatkan ke-seimbangan air pada jaringan bunga potong. Ini berkaitan dengan pengaruh gula pada proses membuka dan menutupnya stomata dan pengurangan kehilangan air. Kemudian, setelah pemberian gula mencapai ke kuntum bunga, terjadi peningkatan dalam keseimbangan air. Keseimbangan air ini berkaitan pula dengan menurunnya konsentrasi asam absisi endogen.
j.        Pengatur tumbuh
Penanganan pascapanen komoditi hortikultura termasuk tanaman hias dan bunga potong selalu melibatkan pengaruh etilen. Akan tetapi teknologi untuk mengurangi etilen pada ruang simpan, pak, dan areal atau ruang penanganan jarang dilakukan terhadap tanaman hias dan bunga potong. Padahal, kontaminasi etilen pada semua tingkatan proses pascapanen bunga potong adalah umum atau selalu ada.
Secara umum, untuk memperpanjang umur bunga potong dengan pengaturan ruang simpan dan pak penyimpanan dirasa sudah cukup. Penghilangan etilen membutuhkan teknologi yang cukup mahal. Upaya memperpanjang umur simpan bunga potong yang sering dilakukan petani produsen adalah dengan menggunakan senyawa anti etilen seperti ion silver. Perendaman bunga potong pada larutan silver atau thiosulfat setelah panen dapat menghambat pembentukan etilen endogen maupun menghambat pengaruh etilen eksogen, sehingga kuncup-kuncup bunga masih dapat dipertahankan dalam keadaan tidur untuk beberapa waktu lamanya.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.docstoc.com/docs/26767777/BUDIDAYA-TANAMAN-HORTIKULTURA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar