Jumat, 21 Oktober 2011

pasca panen jeruk

A.    PENDAHULUAN
Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia.Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh.Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali.
Tanaman ini merupakan jenis pohon dengan tinggi 2-8 meter. Tangkai daun bersayap sangat sempit sampai boleh dikatakan tidak bersayap, panjang 0,5-1,5 cm. Helaian daun berbentuk bulat telur memanjang, elliptis atau berbentuk lanset dengan ujung tumpul, melekuk ke dalam sedikit, tepinya bergerigi beringgit sangat lemah dengan panjang 3,5-8 cm. Bunganya mempunyai diameter 1,5-2,5 cm, berkelamin dua daun mahkotanya putih. Buahnya berbentuk bola tertekan dengan panjang 5-8 cm, tebal kulitnya 0,2-0,3 cm dan daging buahnya berwarna orange. Rantingnya tidak berduri dan tangkai daunnya selebar 1-1,5 mm.
Jeruk sangatlah beragam dan beberapa spesies dapat saling bersilangan dan menghasilkanhibrida antarspesies ('interspecific hybrid) yang memiliki karakter yang khas, yang berbeda dari spesies tetuanya.
Klasifikasi buah jeruk dalam sistematika tumbuhan:
Divisio                              : Spermatophyta
Subdivisio                        : Angiospermae
Class                                : Dicotyledonae
Ordo                                : Rutales
Familia                             : Rutaceae
Genus                              : Citrus
Spesies                            : Citrus reticulata
Nama latin                       : Citrus reticulate
Sinonim                           : Citrus nobilis, C. deliciosa, C. chrysocarpa
Nama lokal                      : Jeruk Keprok, jeruk Jepun, jeruk Maseh
Banyak sekali manfaat dari tanaman jeruk baik untuk rumah tangga maupun industri, antara lain:
(1)      Manfaat tanaman jeruk sebagai makanan buah segar atau makanan olahan, dimana kandungan vitamin C yang tinggi.
(2)      Di Beberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula tetes, alkohol dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai untuk membuat minyak wangi, sabun wangi, esens minuman dan untuk campuran kue.
(3)      Buah dan daunnya dimanfaatkan orang sebagai penyedap atau komponen kue/puding. Aroma yang khas berasal dari sejumlah flavonoid dan beberapa terpenoid. Daging buah mengandung banyak asam sitrat atau asam jeruk yang memberikan rasa masam yang tajam tetapi segar.
(4)      Beberapa jenis jeruk seperti jeruk nipis dimanfaatkan sebagai obat tradisional penurun panas, pereda nyeri saluran napas bagian atas dan penyembuh radang mata.
Rendahnya kualitas buah-buahan salah satunya disebabkan oleh penanganan pasca panen yang belum baik, contohnya pensortasian dan pemutuan yang masih dilakukan secara manual.Untuk itu diperlukan adanya suatu teknik yang dapat menggolongkan buah-buahan tersebut dalam berbagai tingkatan mutu sehingga mendapatkan hasil yang seragam untuk membedakan kualitas tinggi dan kualitas rendah.Hal yang perlu diamati dalam menghasilkan buah jeruk yang berkualitas tinggi antara lain:
-       perubahan kimia dan fisik selama pematangan buah jeruk
-       hama dan penyakit tanaman pasca panen
-       indeks kematangan buah
-       cara penanganan pasca panen


B.    PEMBAHASAN
1.   Perubahan kimia dan fisik selama pematangan
Pemanenan buah yang dilakukan lebih awal ataupun yang agak terlambat kemungkinan dapat mempengaruhi kualitas buah, seperti warna, tekstur, rasa dan aroma serta kandungan senyawa-senyawa kimianya khususnya yang dipetik lebih awal ataupun yang dipetik agak terlambat.Ini berpengaruh terhadap perubahan kimia dan fisik selama pematangan karena setelah pemetikan buah masih melakukan reaksi-reaksi metabolisme.  Akibatnya buah akan mengalami perubahan baik fisik maupun kimia selama dalam periode penyimpanan. Perubahan-perubahan tersebut antara lain meliputi perubahan penampakan, susut bobot dan kandungan gula serta asam.
Perubahan warna kulit buah jeruk besar selama periode pematangan tidak mencolok.Selain warna, perubahan kulit terjadi pada penampakan yang makin mengkilap seiring dengan matangnya buah.Hal ini berkaitan dengan berkembangnya kelenjar minyak pada permukaan kulit buah yang mengakibatkan kulit buah tampak semakin mengkilap.Perubahan fisik lainnya yang tampak pada buah matang atau lewat matang yaitu pecahnya aksil buah sehingga terjadi rongga pada bagian dalam (aksil) buah.
Perubahan kimia dapat dilihat pada penyusutan bobot.susut bobot yang terjadi pada buah tidak dapat dikembalikan lagi karena buah telah kehilangan sumber air dari tanaman inang. Susut bobot terjadi akibat hilangnya air buah dan menguapnya gas-gas hasil penguraian glukosa menjadi karbondioksida dalam proses respirasi dan transpirasi selama penyimpanan.

2.   Hama dan penyakit tanaman
Buah jeruk termasuk tanaman yang mudah terserang hama dan penyakit, dari itu diperlukan pengendalian pada setiap hama dan penyakit buah jeruk. Hama yang menyerang buah jeruk antara lain:
1)      Kutu loncat (Diaphorina citri.)
Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda. Gejala: tunas keriting, tanaman mati. Pengendalian: menggunakan insektisida bahan aktif dimethoate (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC), Monocrotophos (Azodrin 60 WSC) dan endosulfan (Thiodan 3G, 35 EC dan Dekasulfan 350 EC). Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas, Selain itu buang bagian yang terserang.
2)      Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.)
Bagian yang diserang adalah tunas muda dan bunga. Gejala: daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa. Pengendalian: menggunakan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC), Dimethoate (Perfecthion, Rogor 40 EC, Cygon), Diazinon (Basudin 60 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Malathion (Gisonthion 50 EC).
3)      Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.)
Bagian yang diserang adalah daun muda. Gejala: alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok. Pengendalian: semprotkan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC, Basudin 60 EC), Malathion (Gisonthion 50 EC, 50 WP).
4)      Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp)
Bagian yang diserang adalah tangkai, daun dan buah. Gejala: bercak keperakperakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun. Pengendalian: semprotkan insektisida Propargite (Omite), Cyhexation (Plictran), Dicofol (Kelthane), Oxythioquimox (Morestan 25 WP, Dicarbam 50 WP).
5)      Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.)
Bagian yang diserang adalah buah. Gejala: lubang yang mengeluarkan getah. Pengendalian: memetik buah yang terinfeksi kemudian menggunakan insektisida Methomyl (Lannate 25 WP, Nudrin 24 WSC), Methidathion (Supracide 40 EC) yang disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu.
6)      Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)
Bagian yang diserang Helopeltis antonii. Gejala: bercak coklat kehitaman dengan pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai keluarnya cairan buah yang menjadi nekrosis. Pengendalian: semprotkan insektisida Fenitrotionmothion (Sumicidine 50 EC), Fenithion (Lebaycid), Metamidofos (Tamaron), Methomil (Lannate 25 WP).
7)      Ulat penggerek bunga dan puru buah (Prays sp.)
Bagian yang diserang adalah kuncup bunga jeruk manis atau jeruk bes. Gejala: bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3-0,5 cm, bunga mudah rontok, buah muda gugur sebelum tua. Pengendalian: gunakan insektisida dengan bahan aktif Methomyl (Lannate 25 WP) dan Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian buang bagian yang diserang.
8)      Thrips (Scirtotfrips citri.)
Bagian yang diserang adalah tangkai dan daun muda. Gejala: helai daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang-kadang disertai nekrotis. Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat dan sinar matahari measuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami. Kemudian gunakan insektisida berbahan aktif Difocol (Kelthane) atau Z-Propargite (Omite) pada masa bertunas.
9)      Kutu dompolon (Planococcus citri.)
Bagian yang diserang adalah tangkai buah. Gejala: berkas berwarna kuning, mengering dan buah gugur. Pengendalian: gunakan insektisda Methomyl (Lannate 25 WP), Triazophos (Fostathion 40 EC), Carbaryl (Sevin 85 S), Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian cegah datangnya semut yang dapat memindahkan kutu.
10)   Lalat buah (Dacus sp.)
Bagian yang diserang adalah buah yang hampir masak. Gejala: lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah. Pengendalian: gunakan insektisida Fenthion (Lebaycid 550 EC), Dimethoathe (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC) dicampur dengan Feromon Methyl-Eugenol atau protein Hydrolisate.
11)   Kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.)
Bagian yang diserang daun, buah dan tangkai. Gejala: daun berwarna kuning, bercak khlorotis dan gugur daun. Pada gejala serangan berat terlihat ranting dan cabang kering dan kulit retak buah gugur. Pengendalian: gunakan pestisida Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G, Basazinon 45/30 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Dichlorophos (Nogos 50 EC), Methidhation (Supracide 40 EC).
12)   Kumbang belalai (Maeuterpes dentipes.)
Bagian yang diserang adalah daun tua pada ranting atau dahan bagian bawah. Gejala: daun gugur, ranting muda kadang-kadang mati. Pengendalian: perbaiki sanitasi kebun, kurangi kelembaban perakaran. Kemudian gunakan insektisida Carbaryl (Sevin 85 S) dan Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G).

Penyakit yang menyerang buah jeruk antara lain:
1)      CVPD
Penyebab: Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri. Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang. Gejala: daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye. Pengendalian: gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan insektisida untuk vektor dan perhatikan sanitasi kebun yang baik.
2)      Tristeza
Penyebab: virus Citrus tristeza dengan vektor Toxoptera. Bagian yang diserang jeruk manis, nipis, besar dan batang bawah jeruk Japanese citroen. Gejala: lekuk batang , daun kaku pemucatan, vena daun, pertumbuhan terhambat. Pengendalian: perhatikan sanitasi kebun, memusnahkan tanaman yang terserang, kemudian kendalikan vektor dengan insektisida Supracide atau Cascade.
3)      Woody gall (Vein Enation)
Penyebab: virus Citrus Vein Enation dengan vektor Toxoptera citridus, Aphis gossypii. Bagian yang diserang: Jeruk nipis, manis, siem, Rough lemon dan Sour Orange. Gejala: Tonjolan tidak teratur yang tersebar pada tulang daun di permukaan daun. Pengendalian: gunaan mata tempel bebas virus dan perhatikan sanitasi lingkungan.
4)      Blendok
Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian yang diserang adalah batang atau cabang. Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas. Pengendalian: pemotongan cabang terinfeksi, bekas potongan diberi karbolineum atau fungisida Cu. dan fungisida Benomyl 2 kali dalam setahun.
5)      Embun tepung
        Penyebab: jamur Odidium tingitanium. Bagian yang diserang adalah daun dan tangkai muda. Gejala: tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda. Pengendalian: gunakan fungisida Pyrazophos (Afugan) dan Bupirimate (Nimrot 25 EC).
6)      Kudis
Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai atau buah. Gejala: bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye. Pengendalian: pemangkasan teratur. Kemudian gunakan Fungisida Dithiocarbamate /Benomyl (Benlate).
7)      Busuk buah
        Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian yang diserang adalah buah. Gejala: terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit. Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, celupkan buah ke dalam air panas/fungisida benpmyl, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah pohon.
8)      Busuk akar dan pangkal batang
Penyebab: jamur Phyrophthoranicotianae. Bagian yang diserang adalah akar dan pangkal batang serta daun di bagian ujung dahan berwarna kuning. Gejala: tunas tidak segar, tanaman kering. Pengendalian: pengolahan dan pengairan yang baik, sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20 cm dari permukaan tanah.
9)      Buah gugur premature
Penyebab: jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp. Bagian yang diserang: buah dan bunga Gejala: dua-empat minggu sebelum panen buah gugur. Pengendalian: Fungisida Benomyl (Benlate) atau Caprafol.
10)   Jamur upas
Penyebab: Upasia salmonicolor. Bagian yang diserang adalah batang. Gejala: retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit dikelupas. Pengendalian: kulit yang terinfeksi dikelupas dan disaput fungisida carbolineum. Kemudian potong cabang yang terinfeksi.
11)   Kanker
Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris Cv. Citri. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai, buah. Gejala: bercak kecil berwarna hijau-gelap atau kuning di sepanjang tepi, luka membesar dan tampak seperti gabus pecah dengan diameter 3-5 mm. Pengendalian: Fungisida Cu seperti Bubur Bordeaux, Copper oxychlorida. Selain itu untuk mencegah serangan ulat peliang daun adalah dengan mencelupkan mata tempel ke dalam 1.000 ppm Streptomycin selama 1 jam.

3.     Indeks kematangan buah.
Indeks kematangan dapat dilihat dari ukuran dan bentuk buah, warna keseluruhan buah, warna dasar dari kulit buah, warna daging buah, kekerasan (firmness) daging buah, kandungan gula terlarut (soluble solid content), kandungan starch, keasaman (acidity), dan konsentrasi etilen.Buah jeruk termasuk non klimaterik, sebaiknya panen dilakukan sebelum akhir fase kemasakan buah agar daya simpannya lebih lama.  Adanya respirasi menyebabkan buah menjadi masak dan tua yang ditandai dengan proses perubahan fisik, kimia, dan biologi antara lain proses pematangan, perubahan warna, pembentukan aroma dan kemanisan, pengurangan keasaman, pelunakan daging buah dan pengurangan bobot.

4.     Cara penanganan pasca panen
Aktivitas panen dan penanganan seperti teknik pemanenan yang kurang tepat, sortasi yang tidak baik, pengemasan dan pengepakan, pengangkutan dan penyimpanan yang kurang diperhatikan serta adanya serangan hama dan penyakit dapat menyebabkan kerusakan buah jeruk hingga sekitar 25%.  Untuk menghasilkan jeruk bermutu tinggi, alur penanganan panen hingga pemasaran yang perlu diterapkan adalah sebagai berikut:
1.    Panen
Umur buah/tingkat kematangan buah yang dipanen, kondisi saat panen, dan cara panen merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi mutu jeruk.  Umur buah yang optimum untuk dipanen adalah sekitar 8 bulan dari saat bunga mekar.  Ciri-ciri buah yang siap dipanen: jika dipijit tidak terlalu keras; bagian bawah  buah jika dipijit terasa lunak dan jika dijentik dengan jari tidak berbunyi nyaring, warnanya menarik (muncul warna kuning untuk jeruk siam), dan kadar gula (PTT) minimal 10%.  Kadar gula dapat ditentukan dengan alat hand refraktometer di kebun.  Dalam satu pohon, buah jeruk tidak semuanya dapat dipanen sekaligus, tergantung pada kematangannya. Jeruk termasuk buah yang kandungan patinya rendah sehingga bila dipanen masih muda tidak akan menjadi masak seperti mangga. Jika panen dilakukan setelah melampaui tingkat kematangan optimum atau buah dibiarkan terlalu lama pada pohon, sari buah akan berkurang dan akan banyak energi yang dikuras dari pohon sehingga mengganggu kesehatan tanaman dan produksi musim berikutnya. Panen yang tepat adalah pada saat buah telah masak dan belum memasuki fase akhir pemasakan buah.  Dalam penyimpanan, rasa asam akan berkurang karena terjadi penguraian persenyawaan asam lebih cepat dari pada peruraian gula.
Kerusakan mekanis selama panen bisa menjadi masalah yang serius, karena kerusakan tersebut menentukan kecepatan produk untuk membusuk, meningkatnya kehilangan cairan dan meningkatnya laju respirasi serta produksi etilen yang berakibat pada cepatnya kemunduran produk.Panen dapat dilakukang dengan tangan maupun gunting. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam panen jeruk:
-      Jangan melakukan panen sebelum embun pagi lenyap
-      Tangkai buah yang terlalu panjang akan melukai buah jeruk yang lain sehingga harus di potong di sisakan sekitar 2 mm dari buah
-      Panen buah di pohon yang tinggi harus menggunakan tangga, agar cabang dan ranting tidak rusak
-      Jangan memanen buah dengan cara memanjat pohon, karena kaki kotor dapat menyebarkan penyakit pada pohon
-      Pemanen buah dilengkapi dengan keranjang yang dilapisi karung plastik atau kantong yang dapat digantungkan pada leher
-      Wadah penampung buah terbuat dari bahan yang lunak, bersih, dan buah diletakkan secara perlahan.  Krat walau biaya awalnya mahal, bisa ditumpuk, bertahan lama, dapat dipakai berulang-ulang dan mudah dibersihkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jeruk yang cara pengambilanya berhati-hati dan disimpan pada temperatur kamar 23-31oC selama 3 minggu, yang busuk mencapai 7 %; buah yang dijatuhkan diatas lantai yang busuk sebanyak 12 %; buah yang dipetik basah yang busuk sebesar 21 %; buah yang dipetik terlalu masak yang busuk sebanyak 29 %;  buah yang terkena sinar matahari selama satu hari yang busuk sebanyak 38 %.

2.    Sortasi dan Pencucian
Sortasi atau seleksi merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan setelah panen yang umumnya dikerjakan di bangsal pengemasan atau di kebun dengan tujuan memisahkan buah yang layak dan tidak layak  untuk dipasarkan (busuk, terserang penyakit, cacat, terlalu muda/tua dan lain-lain).  Sortasi juga dilakukan untuk memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan oleh pemerintah atau pasar.  Setelah sortasi, buah jeruk dicuci untuk membersihkan kotoran dan pestisida yang masih menempel pada permukaan kulit buah.  Buah direndam dalam air yang dicampur deterjen atau cairan pembersih 0,5-1 %, kemudian digosok pelan-pelan menggunakan lap halus atau sikat lunak jangan sampai merusak kulit.  Selanjutnya buah dibilas dengan air bersih, dikeringkan menggunakan lap lunak dan bersih atau ditiriskan.

3.    Pemutuan
Pemutuan atau grading dilakukan setelah sortasi dan pencucian untuk mengelompokan buah berdasarkan mutu yaitu, ukuran, berat, warna, bentuk, tekstur, dan kebebasan buah dari kotoran atau bahan asing.Peranan penerintah tidak hanya terbatas pada bidang pemasaran saja.Tetapi yang paling penting ialah penetapan standarisasi buah, yang mencakup kualitas buah.Sehubumgan dengan standarisasi buah tersebut, Standar Nasional Indonesia (SNI) menggolongkan buah jeruk kedalam 4 kelas berdasarkan bobot atau diameter buah (Tabel 1).
Tabel 1.  Kriteria Jeruk Keprok, termasuk Jeruk Siam (SNI  01-3165-1992)
Kelas
Bobot (g)
Diameter (cm)
A
≥ 151
≥ 71
B
101 – 150
61 -70
C
51 – 100
51 -60
D
≤ 50
40   – 50


4.    Pelilinan
Beberapaa jenis buah secara alami dilapisi oleh lilin yang berfungsi sebagai pelindung terhadap serangan fisik, mekanik, dan mikrobiologis.Pelapisan lilin pada buah-buahan sebenarnya adalah menggantikan dan menambah lapisan lilin alami yang terdapat pada buah yang sebagian besar hilang selama penanganan karena lapisan lilin yang menutupi pori-pori buah dapat menekan respirasi dan transpirasi sehingga daya simpan buah lebih lama dan nilai jualnya lebih baik.  Manfaat lainnya adalah meningkatkan kilau dan menutupi luka atau goresan pada permukaan kulit buah sehingga penampilannya menjadi lebih baik. Pelilinan terhadap buah jeruk segar pertama kali dikenal sejak abad 12-13 oleh bangsa Cina, tetapi pada saat itu tanpa memperhatikan adanya efek-efek respirasi dan tranpirasi sehingga lapisan lilin yang terbentuk terlalu tebal, mengakibatkan respirasi anaerob (fermentasi) dan menghasilkan jeruk yang masam dan busuk. Oleh karena itu, pelilinan harus diupayakan agar pori-pori kulit buah tidak tertutupi sama sekali agar tidak terjadi kondisi anaerob di dalam buah.  Sebaliknya, jika lapisan lilin terlalu tipis hasilnya kurang efektif mengurangi laju respirasi dan transpirasi.  Dibandingkan dengan pendinginan.aplikasi lilin kurang efektif dalam menurunkan laju respirasi sehingga pelilinan banyak dilakukan untuk melengkapi penyipanan dalam suhu dingin.
Lilin yang digunakan dapat berasal dari berbagai sumber seperti tanaman, hewan, mineral maupun sintetis.Kebanyakan formula lilin dipersiapkan dengan satu atau lebih bahan seprti beeswax, parafin wax, carnauba wax (secara alami didapat dari carnauba palm) dan shellac (lilin dari insekta). Syarat lilin yang digunakan:
-       tidak mempengaruhi bau dan rasa buah
-       cepat kering
-       tidak lengket
-       tidak mudah pecah
-       mengkilap dan licin
-       tipis
-       tidak mengandung racun
-       harga murah dan mudah diperoleh
Syarat komoditi yang dilapisi adalah segar (baru dipanen) dan bersih, sehat (tidak terserang hama/penyakit), dan ketuaan cukup. Lilin yang banyak digunakan adalah lilin lebah yang diemulsikan dengan konsentrasi 4 – 12%.Air yang digunakan tidak boleh menggunakan air sadah karena garam-garam yang terkandung dalam air tersebut dapat merusak emulsi lilin.  Aplkasinya dapat dilakukan dengan, penyemprotan, pencelupan, atau pengolesan.
Untuk membuat emulsi lilin standar 12 % diperlukan lilin lebah 120 g, asam oleat 20 g, triethanol amin (TEA) 40 g dan air panas 820 cc. Lilin dipanaskan dalam panci sampai mencair, kemudian dimasukkan dalam blender. Selanjutnya dituang sedikit demi sedikit asam oleat, TEA dan air panas, larutan diblender 2-5 menit agar tercampur dengan sempurna kemudian emulsi lilin didinginkan. Emulsi lilin dapat digunakan setelah proses pendinginan selesai dilaksanakan.
Sebenarnya pelilinan buah-buahan itu tidak mengandung racun karena menggunakan lilin lebah dan konsentrasinya pelilinannya sedikit sekali.Yang paling dikuatirkan buah-buahan itu rawan kandungan pestisida kemudian terlapisi lilin sehingga pestisidanya masih menempel pada buah.Kandungan pestisida inilah yang sangat berbahaya bila sampai termakan, bisa menyebabkan banyak penyakit diantaranya kanker, leukimia, tumor, neoplasma indung telur dll.

5.    Labeling dan Pengemasan
Pengemasan buah bertujuan melindungi buah dari luka, memudahkan pengelolaan (penyimpanann, pengangkutan, distribusi), mempertahankan mutu, mempermudah perlakuan khusus, dan memberikan estetika yang menarik konsumen.  Kemasan dan lebel jeruk perlu di desain sebaik mungkin baik warna dan dekorasinya karena kemasan yang bagus dapat menjadi daya daya tarik bagi konsumen.
Bila jeruk akan dikirim keluar kota, buah jeruk yang diangkut dengan peti akan lebih aman dari pada dengan keranjang bambu atau karung karena keranjang atau karung tidak dapat meredam goncangan selama penggangkutan.
Peti jeruk harus di paku kuat-kuat, bagian ujung dan tengah-tengahnya diikat tali kawat atau bahan pengikat kain yang kuat.Bahan peti dipilih yang ringan dan murah misalnya kayu senggon laut (albazia falcata) atau kayu pinus. Bentuk peti disesuaikan dengan bak angkutan, disarankan persegi panjang (60 x 30 x 30 cm) atau bujur sanggkar (30 x 30 x 30 cm), tebal papan 0,5 cm, lebar 8 cm, jarak antar 1,5 cm agar udara di dalam peti tidak lembab tetapi juga tidak terlalu panas. Bobot maksimal setiap peti sebaiknya tidak melebihi 30 kg.  Buah jeruk lebih baik jika dibungkus dengan kertas tissue (potongan/sobekan kertas) kemudian peti diberi tanda diantaranya yaitu nama barang, jumlah buah setiap peti, berat peti dan jeruk, kualitas, tanda merek dagang, daerah/negara asal.

6.    Penyimpanan
Penyimpanan buah jeruk bertujuan: memperpanjang kegunaan, menampung hasil panen yang melimpah, menyediakan buah jeruk sepanjang tahun, membantu pengaturan pemasaran, meningkatkan keuntungan financial,  mempertahankan kualitas jeruk yang disimpan.  Prinsip dari perlakuan penyimpanan: mengendalikan laju respirasi dan transpirasi, mengendalikan atau mencegah penyakit dan perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki oleh konsumen.
Penyimpanan di ruang dingin dapat mengurangi aktivitas respirasi dan metabolisme, pelunakan, kehilangan air dan pelayuan, kerusakan karena aktivitas mikroba (bakteri, kapang/cendawan).Jeruk yang disimpan hendaknya bebas dari lecet kulit, memar, busuk dan kerusakan lainnya.Untuk mendapatkan hasil yang baik, suhu ruang penyimpanan dijaga agar stabil.Suhu optimum untuk penyimpanan buah jeruk adalah 5 – 10oC.Jika suhu terlalu rendah dapat menyebabkan kerusakan buah (chiling injury).  Jika kelembaban rendah akan terjadi pelayuan atau pengkeriputan dan jika terlalu tinggi akan merangsang proses pembusukan, terutama apabila ada variasi suhu dalam ruangan. Kelembaban nisbi antara 85-90% diperlukan untuk menghindari pelayuan dan pelunakan pada beberapa jenis sayuran.Beberapa produk bahkan memerlukan kelembaban sekitar 90-95%. Kelembaban udara dalam ruangan pendinginan dapat dipertinggi antara lain dengan cara menyemprot lantai dengan air. Kelembaban yang tepat akan menjamin tingkat keamanan bahan yang disimpan terhadap pertumbuhan mikroba. Sirkulasi udara diperlukan secukupnya untuk membuang panas yang berasal dari hasil respirasi atau panas yang masuk dari luar.


C.   KESIMPULAN
Secara umum jeruk yang dihasilkan di dalam negeri mutunya terutama penampilan buah masih kalah bersaing dengan jeruk impor sehingga harga jualnya juga relatif lebih rendah.Masalah mendasar dari rendahnya mutu buah jeruk pasca panen adalah memar, lewat masak saat panen, perubahan komposisi, dan pembusukan.  Penyebab utamanya adalah kegiatan panen dan penangann pasca panennya belum memadai.Kondisi ini ini diperparah oleh minimnya penanganan pasca panen yang dilakukan oleh petani maupun pedagang buah sehingga mutu buah (penampilan, kesehatan, kandungan gizi) sangat beragam dan cenderung kurang memuaskan konsumen.Dari itu perlu pengawasan mutu diharapkan dilakukan oleh pemerintah, distributor dan konsumen agar produk yang dihasilkan dan dikonsumsi mempunyai kualitas tinggi.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Pengamatan Tingkat Pengaruh Kematangan Terhadap Kekerasan Buah-buahan. http://fisiologipascapanen.blogspot.com/diakses pada 24 April 2011.

Gusmahardika.2009. Perubahan Kualitas Buah Jeruk Selama Periode Pematangan dan Penyimpanan.http://gusmahardika.wordpress. Com /2009/03/10/erubahan-kualitas-buah-jeruk-besar-citrusgrandis-l-osb eck-%e2%80%98bali-merah%e2%80%99-selama-periode-pematangan-dan-penyimpanan/diakses pada 24 April 2011.

Revialdy, Destian. 2011. Penanganan Pasca Panen Jeruk. http://jerukstp. wordpress.com/2011/02/24/penanganan-pasca-panen-jeruk/diakses pada 24 April 2011.

Sutopo.2011. Penanganan Panen dan Pasca Panen Buah Jeruk.http://jerukstp.wordpress.com/2011/02/20/penanganan-panen-dan-pasca-panenjeruk/diakses pada 24 April 2011.

Tomi. 2009. Cara Budidaya Jeruk. http://jerukmedan.blogspot.com/2009/03/ cara-budidaya-jeruk.htmldiakses pada 24 April 2011.

Wikipedia.http://id.wikipedia.org/wiki/Jeruk diakses pada 24 April 2011.


PAPER FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCA PANEN

FISIOLOGI TANAMAN JERUK






DISUSUN OLEH:
INDAH FRIANKA FARLIANI                             0903035011
SEBASTIANUS SEGAR                         0903035086
NETTY LOLITTA                                               0903035096
MUHAMMAD RAHMAN                          0903035101



PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar