Jumat, 21 Oktober 2011

gisi


Gizi merupakan unsur yang sangat penting di dalam tubuh. Dengan gizi yang baik, tubuh akan segar dan kita dapat melakukan aktivitas dengan baik. Gizi harus dipenuhi justru sejak masih anak-anak, karena gizi selain penting untuk pertumbuhan badan, juga penting untuk perkembangan otak. Untuk itu, orang tua harus mengerti dengan baik kebutuhan gizi si anak agar anak tidak mengalami kurang gizi. Selain itu, orang tua juga harus mengetahui apa dan bagaimana kurang gizi itu.
            Pertumbuhan adalah bertambahan ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler. Pertumbuhan bersifat kuantitatif, sehingga dapat diukur dengan menggunakan satuan panjang, satuan berat dan ukuran kepala. Sedangkan yang dimaksud dengan perkembangan adalah bertambahnya kmampuan struktur yang lebih kompleks, bersifat kualitatif, pengukuran dilakukan dengan menggunakan skrining perkembangan.  Secara sederhana, perkembangan bisa diartikan sebagai proses pematangan fungsi-fungsi yang nono fisik. Sebagai contoh pada bayi yang berusia 1-3 bulan seharusnya sudah bisa mengikuti obyek yang dilihat dengan mata, melihat dengan tersenyum, mengenal ibunya dengan penglihatan, pendengaran, penciuman dan kontak, mengoceh spontan, menahan barang yang dipegangnya serta bereaksi terhadap suara atau bunyi. Bila bayi eorang bayi yang berusia 1-3 bulan belum dapat melakukan hal-hal diatas maka dapat dikatakan bahwa bayi tersebut mengalami hambatan dalam perkembangannya.
Dasar teori
Indeks pembangunan manusia (IPM) merupakan indikator untuk mengetahui keberhasilan pembangunan sumber daya manusia di suatu negara atau propinsi atau kabupaten. IPM Indonesia masih berada di bawah negara-negara asia tenggara, kecuali Timor Leste. Ini menunjukkan bahwa pembangunan sumber daya manusia di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga semisal Singapura, Thailand maupun Malaysia.
Semua ahli telah sepakat bahwa keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa lebih ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) berkualitas, bukan oleh melimpahnya sumber daya alam (SDA). Beberapa negara telah membuktikan hal tersebut seperti Jepang dan Singapura, di mana keterbatasan SDA mereka tutupi dengan peningkatan kualitas SDM. Dan hasilnya ? Kita semua saat ini telah menyaksikan keberhasilan kedua negara itu.
Lalu bagaimana cara menciptakan sumber daya yang berkualitas?
Faktor utama yang berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Status gizi yang baik, stimulasi dari keluarga, perumahan memadai, sanitasi lingkungan sehat serta tersedianya sarana dan prasarana akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak
            (Soetjiningsih, 1995).
Perkembangan kecerdasan anak dapat terganggu oleh kondisi lingkungan atau fisik yang kurang mendukung, seperti kekurangan gizi dan stimulasi dari lingkungan. Kekurangan gizi yang berat mengakibatkan ukuran lingkar kepala yang lebih kecil dan kemampuan kognitif yang lebih rendah. Kekurangan gizi juga mempengaruhi kepribadian yang menyebabkan mereka apatis. Bahkan sesudah kekurangan gizi diperbaiki, masih dilaporkan adanya ketertinggalan dalam kemampuan kognitif (Hurlock, 2008).
Kekurangan gizi pada janin sampai usia dua tahun akan memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendeknya adalah akan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan otak anak, sehingga untuk jangka panjang akan menyebabkan rendahnya kemampuan kognitif dan kemampuan belajarnya (Soekirman, 2000).
Kualitas perkembangan otak manusia tergantung pada interaksi antara potensi genetik dan faktor-faktor lingkungan seperti asupan gizi, stimulasi dan sikap orang tua. Sel-sel otak lebih sensitif terhadap zat gizi dari pada sel-sel tubuh yang lain. Otak adalah organ fisik yang sangat berharga, pusat segala eksistensi kita seperti inteligensi, kepribadian, emosi, akal, spiritual dan jiwa. Kita dapat mengoptimalkan fungsi saraf dalam otak melalui kecukupan zat gizi dan aktivitas mental dan fisik. Terdapat lebih dari 100 milyar jaringan saraf dalam otak yang integritasnya tergantung pada asupan zat gizi yang cukup (Singh, 2003).
Defisiensi berbagai zat gizi terutama zat gizi makro akan mempengaruhi neuroanatomi, neurokimia dan neurofisiologi perkembangan otak. Pengaruh neuroanatomi berupa berkurangnya jumlah dan ukuran neuron serta pembentukan sinapsis. Pengaruh neurokimia berupa perubahan sintesis neurotransmiter dan jumlah reseptornya. Pengaruh neurofisiologi berupa kemampuan neuron untuk bekerja menghantarkan impuls saraf (Georgieff, 2006).
Protein dan energi mendukung perkembangan otak yang cepat. Otak membutuhkan protein untuk sintesis deoxyribonucleic Acid (DNA) dan ribonucleic acid (RNA), produksi neurotransmiter, sintesis faktor pertumbuhan serta untuk perpanjangan neurit sehingga fungsi otak efisien dalam jaringan sinapsis. Defisiensi protein menyebabkan kehilangan struktur dendrit dan gangguan pada dendrit tulang belakang. Efek terberat pada bagian kortek dan hipokampus yang berfungsi sebagai pusat memori (Georgieff, 2006).
Sejumlah penelitian pada tikus memperlihatkan bahwa keadaan malnutrisi prenatal dan pascanatal dini menimbulkan banyak perubahan dalam struktur otak tikus tersebut, kendati perubahan itu akan membaik pada saat tikus itu diberi makan kembali. Namun demikian, beberapa perubahan dianggap permanen, seperti jumlah mielin dan dendrit kortikal dalam medulla spinalis serta peningkatan jumlah mitokondria dalam sel-sel neuron syaraf (Baker-Henningham & Grantham-McGregor, 2009)
Penelitian-penelitian pada masyarakat telah membuktikan hal tersebut. Mendez & Adair (1999), di Filipina menemukan bahwa anak dengan perawakan sangat pendek memiliki skor inteligensi lebih rendah daripada anak dengan perawakan normal. Berkman et al. (2002) di Peru menemukan bahwa kurang gizi pada umur di bawah 2 tahun berdampak pada rendahnya fungsi kognitif pada usia 9 tahun. Anak yang sangat pendek memiliki rata-rata skor inteligensi 10 poin lebih rendah daripada anak gizi baik. Liu et al. (2004) menemukan kurang gizi pada usia 3 tahun berpengaruh terhadap kekurangan neurokognitif, di mana jika terus belangsung akan berdampak pada masalah-masalah perilaku sampai usia dewasa.
Bagaimana fakta pembangunan gizi di Indonesia saat ini?
Pemberian intervensi gizi bersama stimulasi dapat mengurangi dampak kurang gizi terhadap tingkat kecerdasan. Grantham et al. (1991) melakukan penelitian eksperimen pada anak stunted usia 9-24 bulan. Penelitian ini menemukan bahwa pemberian suplementasi bersama dengan stimulasi meningkatkan perkembangan mental anak. Watanabe et al. (2005) di Vietnam melakukan penelitian tentang efek jangka panjang dari intervensi gizi dan stimulasi dini perkembangan anak usia 4-5 tahun terhadap perkembangan kognitifnya pada usia 6,5-8,5 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor kognitif lebih tinggi pada kelompok yang mendapatkan intervensi gizi dan stimulasi daripada kelompok yang mendapatkan intervensi gizi saja.
Jadi meskipun perkembangan intelegensia anak mengalami keterlambatan akibat status gizi masa lalunya tetapi jika dilakukan penanganan yang baik yaitu dengan melibatkan semua sector dan ahli maka akan memberikan dampak yang lebih baik daripada hanya dengan intervensi gizi saja. Pemberian stimulasi untuk merangsang perkembangan anak sangat bermanfaat untuk merangsang perkembangan syaraf-syaraf anak. Hal ini telah di buktikan oleh Mendez & Adair (1999) dimana semakin tinggi kelas anak yang berarti semakin lama anak mendapatkan stimulasi dari sekolah perbedaan kecerdasan anak antara anak gizi buruk dan anak normal semakin kecil.


Secara umum perkembangan anak dipengaruhi tiga faktor utama  yang berkerja secara stimulan yaitu ;
1.      faktor herediter yang  merupakan sifat atau atau kondisi bawaan yang di turunkan dari orang tua.
2.      pertumbahan atau pertumbuhan fisik.faktor ini di pengaruhi oleh konsumsi makanan ( asupan zat gizi) , perawatan ,kesehatan,serta perawatan anak secara umum.
3.      stimulant lingkungan . faktor ini tergantung pada sejauh mana orang tua dan lingkungan disekitar anak memberikan stimulasi psikososial atau proses pembelajaran yang mendorong perkembangan anak.
Pada masa kanak-kanan proses pertumbuhan serta perkembangan terjadi sangat cepat. Oleh sebab itu apabila makanan anak tidak cukup mengansung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaaan ini berlangsung lama, maka akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak.  Hal inin akan berakibat terjadi ketidak mampuan otak berfungsi secara normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangn gizi menyebabakan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. Pertumbuhan otak sangat ternganggu apabila kurang gizi  sejak dalam kandungan dan berlanjut sampai usia bayi. Pada janin keadaan kekurangan gizi akan menyebabkan jumlah sel ota menurun terutama pada cerebrum dan cerebellum, diikuti dengan penurunan jumlah protein, glikosida, lemak dan enzim serta fungsi neurotransmitter yang tidak normal. Keadaan kurang energi dan protein (KEP) yang terjadi pada usia sangat muda mempengaruhi perkembangan fisik dan kecerdasan. Hasil-hasil penelitian didalam dan diluar negri menunjukkan adanya hubunagan yang nyata anatara keadaan gizi dan kemampuan belajar.
hasil penelitian di meksiko dan jamaika dalam latifah (2009) mengungkapkan bahwa rehabilitas kemampuan kognitif memerlukan waktu lebih lama dari pada rehabilitas keadaan gizinya.dengan kata lian kemampuan kognitif anak tidak segara baik bersama dengan meningkatnya status gizi anak tersebut.para  ahli meyakini apabila tidak diperhatikan maka akan berdampak buruk bagi anak tersebut.
Jaringan otak pada anaka yang tumbuh normal sampai usia 3 tahun akan mencapai 80% berat otak orang dewasa. Apabila sebelum mencapai 3 tahun terjadi kekurangan zat gizi tertentu dapat menimbulkan kelainan-kelainan fisik maupun mental. Kelainan fisik timbul akibat pertumbuhan yang terhambat sedangkan kelainan mental timbul sebagai akibat perkembangan otak yang terganggu.
Perkembangan sel otak dan sel syaraf lainnya masih berlangsung dan berhenti ketika anak berumur 3 tahun. Oleh sebab itu pada periode umur tersebut anak memerlukan makanan yang cukup mengandung zat gizi makro maupun zat gizi mikro. Bila anak kekurangan zat gizi, terutama makanan sumber energi dan protein serta zat besi, maka perkembangan fisik dan kemampuan menyerap rangsangan dari luar juga terhambat. Akibatnya anak lebih lambat beraktifitas dan bereaksi dibanding anak usia sebaya yang tidak kekurangan gizi. Namun melalui stimulasi mental (rangsangan-rangsangan), kemampuan tersebut lambat laun menjadi lebih baik, walau tidak dapat sama dengan anak normal. Pertumbuhan fisik anak yang kekurangan gizi pada masa ini juga lebih rendah dibanding anak normal, namun setelah pengobatan dan pemberian makanan tambahan, pertumbuhan fisiknya dapat mendekati pertumbuhan fisik anak normal. Cacat permanen yang menyertai bila anak para periode ini kekurangan gizi adalah penurunan tingkat kecerdasan sebanyak sekitar 10-13 IQ poin.

tanda – tanda anak kekurangan gizi
Menurut Dr. Sri Kurniati M.S., Dokter Ahli Gizi Medik Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita, kurang gizi pada anak terbagi menjadi tiga. Pertama, disebut sebagai Kurang Energi Protein Ringan. Pada tahap ini, Sri menjelaskan bahwa belum ada tanda-tanda khusus yang dapat dilihat dengan jelas. Hanya saja, berat badan si anak hanya mencapai 80 persen dari berat badan normal. Sedangkan yang kedua, disebut sebagai Kurang Energi Protein Sedang. Pada tahap ini, berat badan si anak hanya mencapai 70 persen dari berat badan normal. Selain itu, ada tanda yang bisa dilihat dengan jelas adalah wajah menjadi pucat, dan warna rambut berubah agak kemerahan. Ketiga, disebut sebagai Kurang Energi Protein Berat. Pada bagian ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu kurang sekali, biasa disebut Marasmus. Tanda pada marasmus ini adalah berat badan si anak hanya mencapai 60 persen atau kurang dari berat badan normal. Selain marasmus, ada lagi yang disebut sebagai Kwashiorkor. Pada kwashiorkor, selain berat badan, ada beberapa tanda lainnya yang bisa secara langsung terlihat. Antara lain adalah kaki mengalami pembengkakan, rambut berwarna merah dan mudah dicabut, kemudian karena kekurangan vitamin A, mata menjadi rabun, kornea mengalami kekeringan, dan terkadang terjadi borok pada kornea, sehingga mata bisa pecah. Selain tanda-tanda atau gejala-gejala tersebut, ada juga tanda lainnya, seperti penyakit penyertanya. Penyakit-penyakit penyerta tersebut misalnya adalah anemia atau kurang darah, infeksi, diare yang sering terjadi, kulit mengerak dan pecah sehingga keluar cairan, serta pecah-pecah di sudut mulut.
 
Faktor- Faktor Penyebab Anak Kekurangan Gizi yaitu :
Kurang gizi pada anak, bisa terjadi di usia Balita (Bawah Lima Tahun). “Pedoman untuk mengetahui anak kurang gizi adalah dengan melihat berat dan tinggi badan yang kurang dari normal,” kata Sri. Sri menambahkan, jika tinggi badan si anak tidak terus bertambah atau kurang dari normal, itu menandakan bahwa kurang gizi pada anak tersebut sudah berlangsung lama. Sri menjelaskan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kurang gizi pada anak.
1.      jarak antara usia kakak dan adik yang terlalu dekat ikut mempengruhi. Dengan demikian, perhatian si ibu untuk si kakak sudah tersita dengan keberadaan adiknya, sehingga kakak cenderung tidak terurus dan tidak diperhatikan makanannya. Oleh karena itu akhirnya si kakak menjadi kurang gizi. “Balita itu konsumen pasif, belum bisa mengurus dirinya sendiri, terutama ntuk makan,” tutur Sri.
2.       anak yang mulai bisa berjalan mudah terkena infeksi atau juga tertular oleh penyakit-penyakit lain. Selain itu,
3.      adalah karena lingkungan yang kurang bersih, sehingga anak mudah sakit-sakitan. Karena sakit-sakitan tersebut, anak menjadi kurang gizi.
4.       kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu mengenai gizi. “Kurang gizi yang murni adalah karena makanan,” kata Sri. Menurut Sri, si Ibu harus dapat memberikan makanan yang kandungan gizinya cukup. “Tidak harus mahal, bisa juga diberikan makanan yang murah, asal kualitasnya baik,” lanjut Sri. Oleh karena itulah si Ibu harus pintar-pintar memilihkan makanan untuk anak.
5.       kondisi sosial ekonomi keluarga yang sulit. Faktor ini cukup banyak mempengaruhi, karena jika anak sudah jarang makan, maka otomatis mereka akan kekurangan gizi. Keenam, selain karena makanan, anak kurang gizi bisa juga karena adanya penyakit bawaan yang memaksa anak harus dirawat. Misalnya penyakit jantung dan paru-paru bawaan.
 


Jenis Penyakit Gangguan Gizi Yang Sering Menimpa Penduduk Terutama Anak Balita Di Indonesia Adalah
a.       Gangguan Kesehatan  Akibat Kekurangan Energy Dan Protein ( KEP)
menurut penelitian para ahli banyak anak yang mengalami gangguan gizi. dalam bahasa inggris penyakit ini di sebut protein calorie malnutrion atau di singkat (PCM). ada juga ahli yang menyeebutkan energy protein malnutrion (EMP). ada dua bentuk KEP yaitu Maramus dan Kwashiorkor,penyakit ini di sebabkan karena anak kekurangan protein. akan tetapi maramus disebabkan kekurangan energy serta protein sedangkan kwashiorkor disebabkan kekurangan protein saja,sementara kalorinya cukup. maramus terjadi pada anak yang baru lahir atau pada bulan pertama setelah di lahirkan.sedangkan, kwashiorkor umumnya ditemukan pada usia 6 bulan sampai 4 tahun.

Ada Empat Ciri Yang Selalu Ditemukan Pada Penderita Kwashiorkor Yaitu Sebagai Berikut :
  • Adanya oedema pada kaki, tumit dan bagian tubuh lain seperti bengkak karena ada cairan tertumpuk.
  • Gangguan pertumbuhan badan. Berat dan panjang badan anak tidak dapat mencapai berat dan panjang yang semestinya sesuai dengan umurnya.
  • Perubahan aspek kejiwaan, yaitu anak kelihatan memelas, cengeng, lemah dan tidak ada selera makan.
  • Otot tubuh terlihat lemah dan tidak berkembang dengan baik walaupun masih tampak adanya lapisan lemak di bawah kulit.

Istilah marasmus berasal dari bahasa yunani yang sejak lama digunakan sebagai istilah dalam ilmu kedokteran untuk menggambarkan seorang anak yang berat badannya sangat kurang dari berat badan seharusnya. Ciri utama penderita marasmus adalah sebagai berikut :
  • Anak tampak sangat kurus dan kemunduran pertumbuhan otot tampak sangat jelas sekali apabila anak dipegang pada ketiaknya dan diangkat. Berat badan anak kurang dari 60% dari berat badan seharusnya menurut umur.
  • Wajah anak tampak seperti muka orang tua. Jadi berlawanan dengan tanda yang tampak pada kwashiorkor. Pada penderita marasmus, muka anak tampak keriput dan cekung sebagaimana layaknya wajah seorang yang telah berusia lanjut. Oleh karena tubuh anak sangat kurus, maka kepala anak seolah-olah terlalu besar jika dibandingkan dengan badannya.
  • Pada penderita marasmus biasanya ditemukan juga tanda-tanda defisiensi gizi yang lain seperti kekurangan vitamin C, vitamin A, dan zat besi serta sering juga anak menderita diare.
b.      Gangguan Kesehatan   Akibat Kekurang Vitamin A
Vitamin A diperlukan untuk penglihatan. Vitamin tersebut merupakan bagian penting dari penerima cahaya dalam mata. Selain itu vitamin A juga diperlukan untuk mempertahankan jaringan ari dalam keadaan sehat. Kulit, pinggiran dan penutup berbagai bagian tubuh, seperti kelopak mata, mata, hidung, mulut, paru-paru dan tempat pencernaan, kesemuanya dikenal sebaga         jaringan            ari.

Vitamin A juga mempunyai beberapa fungsi yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan vitamin A pertumbuhan menjadi terhambat dan rangka tubuh berhenti
   tumbuh.

Tanda awal dari kekurangan vitamin A adalah tureunnya kemampuan melihat dalam cahaya samar. Penderita sama sekali tidak dapat melihat apabila memasuki ruangan yang agak gelap secara tiba-tiba.
umumnya penyakit ini di derita oleh anak-anak.
Terjadinya Kekurangan Vitamin A Adalah Sebagai Akibat Berbagai Sebab Seperti Berikut Ini :
  • Tidak adanya cadangan vitamin A dalam tubuh anak sewaktu lahir karena semasa dalam kandungan, ibunya kurang sekali mengkonsumsi makanan sumber vitamin A.
  • Kadar Vitamin A dalam air susu ibu (ASI) rendah. Hal ini disebabkan konsumsi vitamin A ibu yang rendah pada masa menyusui.
  • Anak diberi makanan pengganti ASI yang kadar vitamin A-nya rendah.
  • Anak tidak menyukai bahan makanan sumber vitamin A terutama sayursayuran.
  • Gangguan penyerapan vitamin A oleh dinding usus oleh karena berbagai sebab seperti rendahnya konsumsi lemak atau minyak.

Kekurangan vitamin A dapat meyebabkan cacat menetap pada mata (buta) yang tidak dapat disembuhkan. Xerophthalmia sebagai akibat kekurangan vitamin A merupakan penyebab kebutaan tertinggi, dan yang memprihatinkan adalah penderitanya justru anak-anak usia balita yang merupakan
tunas bangsa. Penanggulangan kekurangan vitamin A dilakukan selain dengan jalan penyuluhan guna memperbaiki makanan keluarga agar lebih banyak mengkonsumsi bahan makanan sumber vitamin seperti sayuran hijau dan buah-buahan berwarna, dilakukan juga pemberian vitamin dosis tinggi yaitu 200.000 –300.000 anak-anak balita.
c.       Gangguan Gizi Akibat Kekurangan Zat Besi ( Anemia Gizi)
Besi adalah mineral mikro yang mempunyai peran penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Mineral tersebut terdapat dalam darah dan semua sel tubuh. Zat besi dalam darah merah berada sebagai bagian dari hemoglobin dan pigmen sel merah. mineral tersebut bertindak sebagai pembawa oksigen dan karbondioksida.

Jika tidak terdapat cukup besi untuk memenuhi kebutuhan tubuh, maka jumlah hemoglobin dalam sel darah merah berkurang dan keadaan tidak sehat timbul yang dikenal sebagai anemia gizi. Rendahnya kadar hemoglobin dalam darah dilihat apabila bagian kelopak mata penderita terlihat berwarna pucat. Kadar baku hemoglobin dalam darah yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang menderita
anemia gizi adalah seperti terlihat pada table di bawah ini.

Tabel 1. Kadar Baku Hb dalam Darah
Umur (thn)
Jenis Kelamin
Kadar Hb (g/100ml)
0,5 – 4
5 - 9
10 - 14
 Pria / wanita
Pria / wanita
Pria / wanita
Dewasa pria
Dewasa wanita
Wanita hamil
 10,8
11,5
12,5
14,0
12,0
10,0
 Sumber : Jellife (1996) dalam Sjahmien Moehji (1986)


Zat besi terutama banyak sekali hanya terdapat dalam sayur-sayuran. Demikian juga asam folat, sedang bitamin B12 hanya terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari hewan. Pencegahan anemia gizi selain dengan mengkonsumsi bahan makanan sumber zat besi juga dapat dilakukan dengan jalan memberikan zat besi dalam bentuk tablet kepada wanita hamil terutama dalam masa tiga bulan sebelum anak lahir.

d.      Gangguan Kesehatan Akibat Kekurangan Iodium
Kekurangan iodium akan mengakibatkan membesarnya kelenjar gondok. karena itu, penyakit yang timbul akibat kekurangan iodium disebut penyakit gondok. Karena penyakit pembesaran kelenjar gondok ini ditemukan di daerah-daerah tertentu untuk jangka waktu yang lama, maka disebut penyakit gondok endimik. Di daerah penyakit gondok endemik, pembesaran kelenjar gondok dapat terjadi pada semua umur, bahkan seorang ibu yang menderita pembesaran gondok akan melahirkan bayi yang juga menderita kekurangan iodium dan jika tidak diobati maka pada usia satu tahun sudah akan terjadi pembesaran kelenjar gondok. Kejadian pembesaran kelenjar gondok terbanyak ditemukan pada usia antara 9 sampai 13 tahun pada anak laki-laki dan antara usia 12 sampai 18 tahun pada anak perempuan. Pada usia dewasa jarang sekali terjadi pembesaran kelenjar gondok kecuali pada wanita yang sering ditemukan pembesaran kelenjar gondoknya baru timbul setelah usia 19 atau 20 tahun. Setelah mencapai usia puber, kelenjar gondok yang timbul pada usia kanak-kanak itu cepat sekali membesar dan dapat berubah menjadi bentuk nodula. Akan tetapi yang mengkhawatirkan adalah kemungkinan terjadinya manusia kerdil atau kretinisme di samping gangguan perkembangan otak.
Terjadinya kekurangan iodium terutama akibat rendahnya kadar iodium dalam tanah sehingga air dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di daerah itu juga rendah kadar iodiumnya. Di samping itu beberapa jenis makanan mengandung zat yang dapat menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjar gondok dan disebut zat goiterogen. Zat tersebut ditemukan dalam sayuran dari jenis Brassica seperti kubis, lobak, kol kembang. Juga zat tersebut ditemukan dalam kacang kedelai, kacang tanah dan obat-obatan tertentu. Zat goiterogen tersebut dapat menghalangi pengambilan iodium oleh kelenjar gondok sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar gondok sangat rendah. Selain itu zat tersebut juga dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik menjadi bentuk organik sehingga menghambat
pembentukan hormone tiroksin. Masih ada beberapa faktor lain yang diduga dapat mengakibatkan terjadinya pembesaran kelenjar gondok, seperti air minum yang tercemar, kadar zat kapur dalam air yang terlalu tinggi.Dengan diketahuinya penyebab terpenting dari penyakit gondok itu maka usaha-usaha pencegahan telah dapat dilakukan dengan mudah. Pada tahun 1833 dilakukan percobaan dengan mencampurkan iodium ke dalam garam kapur dan baru dalam tahun 1924 usaha pencegahan penyakit gondok ini dengan menggunakan garam beriodium (iodized salt) secara besar-besaran dilakukan di Amerika Serikat. Jenis iodium yang digunakan dalam pembuatan garam beriodium adalah persenyawaan iodat kalium (KIO3) dengan kadar satu bagian iodium dicampur dengan 10.000 – 200.000 bagian garam. Di Indonesia pembuatan garam beriodium ini dilakukan dengan jalan memasukkan 3,3 mg larutan KI ke dalam tiap bata garam (brickets) dan dengan cara ini diperoleh garam beriodium dengan kadar 20 ppm.
e.       Gangguan Kesehatan Akibat Kelebihan Zat Energy
Perkembangan ekonomi yang pesat, menyebabkan peningkatan pendapatan penduduk. Hal ini ditandai dengan terjadinya pergeseran pola konsumsi kearah yang lebih beraneka ragam. Proporsi sumber kalori dari karbohidrat khususnya beras, berkurang dan diikuti dengan meningkatnya lemak dan protein terutama dari golongan hewani. Dengan meningkatnya pendapatan ini, mereka yang hidup di kota dengan gaya serta pola makan seperti orang barat, biasanya menjadi menderita karena kelebihan gizi ini. Pola makan mereka biasanya mengkonsumsi terlalu banyak protein, lemak, makanan tak berserat.
Kelebihan zat gizi dalam hal ini zat energi dalam jangka waktu yang berkesinambungan akan menyebabkan berat badan meningkat, timbunan lemak meningkat dan terjadi kegemukan (obesitas). Biasanya orang yang gemuk sulit bergerak cepat, gerakan jadi lamban dan biasanya lebih lanjut
mudah gangguan \fungsional jantung  dan ginjal. Tambahan konsumsi energi berikutnya pada penderita kegemukan akan menyebabkan energi bersifat racun atau mendekatkan diri pada kematian dibanding daya manfaat yang sebenarnya. Demikian pula konsumsi protein yang berlebihan menyebabkan beban kerja ginjal semakin berat, dan bila terus berlebih akan menimbulkan gangguan pada ginjal. Dampak lain dari kelebihan konsumsi energi dan protein ini selain penyakit jantung dan ginjal, juga dapat mengakibatkan penyakit darah tinggi,kencing manis dan kanker
Penanggulangan penyakit akibat gizi lebih, harus dimulai dari pengaturan makanan, artinya dengan mengurangi porsi makanan yang biasa dikonsumsi, mengurangi konsumsi gula, garam, lemak, dan meningkatkan konsumsi makanan yang berserat seperti sayuran dan buah-buahan.(depdiknas)


Nutrisi Yang Di Butuh Ibu Hamil Dalam Menjaga Janinnya Untuk Mengurangi Resiko Kekurangan Gizi
Seorang ibu harus segera memikirkan makanan apa yang harus dikonsumsi ketika ia pertama kali mengetahui bahwa dirinya hamil. Mulai dari masa pembentukan janin hingga kelahiran, seluruh bagian tubuh bayi (tulang, otot, organ, sel darah, kulit, dan jaringan lainnya) dibuat dari zat gizi yang di konsumsi oleh sang ibu. Selama masa kehamilan, calon ibu memerlukan lebih banyak zat-zat gizi daripada wanita yang tidak hamil, karena makanan ibu hamil dibutuhkan untuk dirinya dan janin yang dikandungnya. Bila makanan ibu terbatas, janin akan tetap menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu bisa menjadi kurus, lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok dan lain-lain. Demikian pula bila makanan ibu kurang, tumbuh kembang janin akan terganggu, terlebih bila keadaan gizi ibu pada masa sebelum hamil telah buruk. Keadaan ini dapat mengakibatkan abortus, bayi lahir prematur atau mati.
Aturan umum yang sebaiknya dijalankan oleh ibu hamil adalah mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, jangan melewati waktu makan, minum air dalam jumlah cukup, dan menghindari kafein
serta  alkohol.
Air
Tubuh yang kekurangan air atau dehidrasi dapat berakibat fatal, karena bisa menyebabkan gangguan kesehatan pada ibu hamil yang dapat berpengaruh buruk bagi janinnya. Oleh karena itu sebaiknya anda minum minimal 10 gelas air putih setiap hari. Sebagai variasi, anda dapat mengganti air putih dengan jus buah atau yougurt.

Asam folat
Zat gizi yang berasal dari makanan yang anda konsumsi berperan penting untuk pertumbuhan janin, bahkan zat gizi yang anda konsumsi sebelum hamil. Sebelum anda hamil, sangat penting untuk mengkonsumsi asam folat dalam jumlah cukup. Asam folat yang dikonsumsi satu bulan sebelum hamil dan kemudian diteruskan dikonsumsi selama trimester pertama sangat baik untuk kesehatan bayi dalam mencegah terjadinya cacat bawaan pada susunan saraf pusat maupun otak janin. Asam folat membantu mencegah neural tube defec..

Kebutuhan asam folat pada 12 minggu pertama kehamilan meningkat, yaitu 800 mikrogram per hari. Kekurangan zat gizi ini dapat menyebabkan gagalnya pembentukan otak yang sempurna, sehingga
menimbulkan cacat bawaan pada susunan saraf pusat dan otak calon bayi.
Sumber: asam folat banyak terdapat pada kacang-kacangan, sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam, kembang kol, asparagus, kedelai dan brokoli. Pada buah-buahan, asam folat terdapat dalam jeruk, pisang, wortel  dan tomat. Atau dapat juga mengkonsumsi makanan yang diperkaya oleh asam folat seperti cereal



Kalori
Kebutuhan kalori ibu hamil lebih besar dari kebutuhan kalori orang normal. Selama trimester kedua, kebutuhan kalori bertambah 340 kalori sehari, sedangkan pada trimester ketiga kebutuhan kalori bertambah 450 kalori sehari. Ibu hamil dengan berat badan kurang akan membutuhkan penambahan kalori yang lebih besar. Ekstra kalori tersebut sebaiknya didapat dari bahan makanan seperti ikan, daging,telur, unggas, susu dan produk olahan susu.
Kalori yang tidak cukup dapat mengganggu proses tumbuh kembang janin dan berbagai perubahan dalam tubuh ibu. Selain itu, konsumsi kalori (karbohidrat dan lemak) yang rendah akan menyebabkan banyak protein terbuang sebagai sumber energy
Protein
Kebutuhan protein selama hamil adalah 25 mg per hari lebih banyak dari kebutuhan normal. Zat protein diperlukan untuk pembangunan sel-sel baru janin dan untuk pembentukan semua bahan pengatur seperti hormone ibu dan janin.

Protein juga menjadi struktur dasar bagi pembentukan organ-organ dalam tubuh. Maka dari itu, ibu hamil dianjurkan mengonsumsi ekstra protein sebanyak 12 gram sehari atau setara dengan dua butir
telur dalam ukuran besar setiap hari. Protein hewani dapat diperoleh pada daging sapi, unggas, ikan, telur, susu serta produk olahan susu seperti keju. Protein nabati dapat diperoleh pada kacang-kacangan serta produk olahannya seperti tempe,tahu atau  mentega kacang.

Lemak esensial
Asam lemak esensial merupakan salah satu zat gizi yang cukup penting untuk ibu hamil. Asam lemak esensial (omega-3 dan omega-6) penting untuk perkembangan janin, terutama perkembangan otak.

Sumber bahan makanan omega-3 adalah minyak sayur, daging, dan telur. Sedangkan sumber bahan makanan omega-6 adalah kacang kedelai, ikan tuna, ikan sardin, ikan makarel dan salmon.
Vitamin A
Vitamin A berperan pada pertumbuhan sel dan jaringan, pertumbuhan gigi dan pertumbuhan tulang, penting untuk mata, kulit, rambut dan mencegah kelainan bawaan. Kebutuhan vitamin A ibu hamil 200 RE/ hari lebih tinggi daripada ibu tidak hamil. Meskipun kebutuhan vitamin A meningkat selama kehamilan, suplemen vitamin A jarang direkomendasikan untuk wanita hamil karena dapat menyebabkan cacat lahir. Kelebihan vitamin A dapat mengakibatkan cacat tulang wajah dan kepala, otak, dan jantung. Ibu hamil sebaiknya tidak mengkonsumsi bahan kosmetik yang mengandung vitamin A dosis tinggi.

Sumber vitamin A banyak terdapat pada minyak ikan, kuning telur, wortel, sayuran berwarna hijau dan buah-buahan berwarna merah. Hati mengandung vitamin A yang terlalu tinggi dan hal ini berhubungan dengan cacat lahir, sehingga konsumsi hati selama kehamilan sebaiknya dihindari.


Vitamin B6
Penting untuk pembuatan asam amino dalam tubuh. Vitamin B6 juga diberikan untuk mengurangi keluhan mual-mual pada ibu hamil. Ibu hamil memerlukan vitamin B6 sejumlah 1,9 mg setiap hari yang membantu untuk membentuk antibodi, sel darah merah, dan neurotrasmiter.

Sumber: daging, ikan dan unggas (itik, ayam, dll.) merupakan sumber utama vitamin B6. Terdapat juga dalam pisang, sereal, kentang, ikan, ayam, gandum, jagung, kacang-kacangan, sayur berwarna hijau dan buah berwarna ungu. Hampir semua jenis ikan mengandung vitamin B lengkap, terutama
B6 dan B12
Vitamin B12
Vitamin B12 merupakan zat gizi penting untuk perkembangan syaraf dan fungsi otak janin. Beberapa sumber vitamin B12 adalah daging, ikan, telur, produk olahan susu. Ibu hamil vegetarian perlu menambahkan suplemen khusus vitamin B12 setiap hari atau mengkonsumsi makanan yang telah ditambahkan/difortifikasi dengan vitamin B12 untuk mencegah kelainan syaraf dan otak.

Sumber: banyak diperoleh pada hasil ternak dan produk olahannya. Hasil nabati atau sumber yang berasal dari tumbuh-tumbuhan umumnya bukan merupakan sumber vitamin B12, kecuali beberapa
produk fermentasi seperti tempe,tauco,kecap,dan oncom.
Vitamin C
Jika kekurangan / defisiensi vitamin C dapat mengakibatkan keracunan kehamilan, ketuban pecah dini (KPD). Vitamin C berguna untuk mencegah terjadinya ruptur membran, sebagai bahan semen jaringan ikat dan pembuluh darah. Fungsi lain dapat mengakibatkan absorbsi zat besi non hem, meningkatkan absorbsi suplemen besi dan profilaksis perdarahan post partum. Kebutuhannya 10 ml/hari lebih tinggi dari pada ibu hamil.

Vitamin D
Vitamin D diperlukan oleh ibu hamil untuk membantu penyerapan dan penggunaan kalsium, mencegah hipokalsemia, membantu penyerapan fosfor, mineralisasi tulang dan gigi. Kekurangan vitamin D akan mengakibatkan penyakit riketsia pada janin dan osteomalasia pada ibu hamil. Bila terjadi kekurangan vitamin D, gigi tidak normal dan lapisan luar gigi anak buruk.

Dianjurkan untuk berjemur di bawah sinar matahari secara teratur dan mengkonsumsi makanan yang ditambahkan (difortifikasi)  dengan vitamin D seperti margarin dan susu untuk memenuhi kebutuhan
  vitamin selama kehamilan
sumber: ikan yang berlemak banyak, seperti sardines, mackerel, tuna atau salmon, minyak ikan, telur,susu fullcream,atau mentega.
Vitamin E
Jarang terjadi defisiensi. Berfungsi pada pertumbuhan sel dan jaringan dan integrasi sel darah merah. Dianjurkan dikonsumsi melebihi 2 mg/hari. Pada binatang percobaan defisiensi vitamin E menyebabkan keguguran.
Sumber: banyak tersedia dalam sayuran dan minyak biji-bijian, yang dapat ditemukan dalam bentuk margarine, salad dressing, dan shortening. Minyak kacang dan minyak kulit gandum mempunyai konsentrasi vitamin E yang tertinggi. Sebaliknya, lemak hewani seperti butter dan susu hampir tidak mengandung   vitamin E.
Vitamin K
Jarang terjadi defisiensi. Bila terjadi kekurangan dapat mengakibatkan gangguan janin.
Sumber: makanan yang mengandung vitamin K adalah hati, sayur-sayuran berwarna hijau yang
  berdaun banyak ,sayuran sejenis kubis( kol) dan susu.
Zat besi
Zat besi  dibutuhkan oleh ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan sel darah merah yang meningkat dan untuk memenuhi kebutuhan plasenta dan janin. Zat besi yang dibutuhkan ibu hamil agar terhindar dari anemia (kurang darah). Suplementasi zat besi setiap hari selama trimester kedua dan ketiga sangat dianjurkan.

Persediaan zat besi yang cukup sangat diperlukan, karena volume darah Ibu selama hamil akan meningkat sampai 30 persen. Jadi, jika kekurangan zat besi, maka ibu hamil dapat menderita anemia.


Kalsium (Ca)
Kalsium diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi  janin, serta melindungi ibu hamil dari osteoporosis. Sumber kalsium adalah susu dan produk olahan susu seperti keju, yoghurt, ice cream, brokoli, dan kacang-kacangan. Susu merupakan sumber utama kalsium. Susu menjadi salah satu menu wajib bagi ibu hamil., karena  selain kalsium, susu juga merupakan sumber pemenuhan kebutuhan protein, vitamin, dan mineral yang lain.

Jumlah Ca janin sekitar 30 gram, terutama diperlukan pada 20 minggu terakhir kehamilan. Rata-rata setiap hari penggunaan Ca pada ibu hamil 0,08 gram dan sebagian besar untuk perkembangan tulang janin. Bila ibu hamil kurang mengonsumsi makanan yang mengandung kalsium, janin akan mengambil persediaan kalsium yang ada dalam tulang ibu. Akibatnya ibu akan menderita kerapuhan tulang
( osteoporosis)

Upaya Yang  Harus Di Lakukan:
Bila kekuangan gizi, anak akan mudah sekali terkena berbagai macam penyakit, anak yang kurang gizi tersebut, akan sembuh dalam waktu yang lama. Dengan demikian kondisi ini juga akan mempengaruhi perkembangan intelegensi anak. Untuk itu, bagi anak yang mengalami kurang gizi, harus dilakukan upaya untuk memperbaiki gizinya. Upaya-upaya yang dilakukan tersebut antara lain adalah meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai gizi, melakukan pengobatan kepada si anak dengan memberikan makanan yang dapat menjadikan status gizi si anak menjadi lebih baik. Dengan demikian, harus dilakukan pemilihan makanan yang baik untuk si anak. Menurut Sri, makanan yang baik adalah makanan yang kuantitas dan kualitasnya baik. Makanan dengan kuantitas yang baik adalah makanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan si anak. Misalnya, memberi makanan si anak berapa piring sehari adalah sesuai kebutuhannya. Dan akan lebih baik jika memberikan vitamin dan protein melalui susu. Bagi keluarga yang tidak mampu, bisa menyiasatinya, misalnya mengganti susu dengan telur. Kemudian, makanan yang kualitasnya baik adalah makanan yang mengandung semua zat gizi, antara lain protein, karbohidrat, zat besi, dan mineral. Upaya yang terakhir adalah pengobatan




















Daftar Pustaka

Harian Pelita, Jum’at, 1 Juni 2001; Halaman 9
Oleh: Dr. Tony Smith (editor), Pertolongan Pertama Dokter di Rumah Anda, Dian Rakyat, 1986
 Komoditas Pertanian Sebagai Sumber Gizi, DepDiknas



















paper ilmu gizi
PENGARUH KEKURANGAN GIZI PADA  ANAK



NAMA : KRISTIANI DEPITASARI
NIM : 0903035054







JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2011